Terkait Pilwako Tomohon 2020, Epe: Golkar Berkhianat Pada Suara Rakyat

Terkait Pilwako Tomohon 2020, Epe: Golkar Berkhianat Pada Suara Rakyat

SULUTDAILY|| Tomohon – Walikota Tomohon Periode 2005 – 2010 dan 2010 – 2015 yakni Jefferson SM Rumajar SE menilai Keputusan Partai Golkar menghadapi Pilwako di Kota Tomohon dengan mengusung pasangan Jilly Gabriella Eman dan Virgie Baker (JGE-VB) sangat tidak relevan dengan cita – cita Pembentukan Kota Tomohon.

Pasalnya, politisi dan mantan Ketua DPD II Partai Golkar Tomohon 2007-2012 ini menilai Keputusan Partai Golkar di Pilwako Tomohon mencederai atau melukai hati rakyat, serta sistim demokrasi beretika maupun bermoral di Kota Tomohon. Hal ini disampaikan Epe (sapaan akrabnya, red) dalam surat dari Sukamiskin tertanggal 30 Agustus 2020.

Dalam surat tersebut, terdapat sejumlah poin terkait keputusan politik Golkar hingga analisa politik Epe tentang Pilwako Tomohon. Salah satu yang menarik yakni tentang keputusan Golkar mengusung JGE-VB merupakan kekeliruan dan merugikan Golkar sendiri.

“Mencalonkan figur muda yang minim pengalaman dan tidak mempunyai track record apa-apa dalam hal politik dan pemerintahan, bisa menimbulkan resiko Kota Tomohon yang sudah diperjuangkan para leluhur dan pejuang untuk mensejahterakan rakyat berakibat amburadul. Apalagi, hal ini berbau dipaksakan oleh walikota saat ini, untuk melanjutkan dinasty politik kekeluargaan bernuansa kerajaan,” kata Epe.

Menurutnya, pencalonan seperti ini sah-sah saja, asalkan diproses secara benar dan ilmiah, bukan seperti ini yqng terkesan tiba saat tiba akal. Begitu pula dengan Virgie Baker yang juga tak memahami kondisi psikologis, kultur dan karakter masyarakat Tomohon. Sebenarnya memang tidak masalah tidak tinggal di Tomohon, tapi setidaknya memahami, mengenal serta mengetahui karakter maupun budaya masyarakat Tomohon.

“Karena menjadi pemimpin Kota Tomohon, tidak semata-mata menangani pemeritahan saja. Tetapi bicara soal budaya itu jauh lebih penting untuk membangun kesejahteraan masyarakat Tomohon. Jadi, menjadi Walikota dan Wakil Walikota Tomohon, bukan semata-mata menjadi pemerintah dan melaksanakan tugas, tapi jauh lebih penting supaya dapat mendorong dan menggerakan, serta menghadirkan keadilan sosial untuk masyarakat Tomohon,” jelas Epe.

Disampaikan pula, sangat riskan jika masyarakat Tomohon tidak bisa menikmati kemajuan dan kemakmuran kotanya saat ini. “Ingat di Tomohon Golkar ada dua kekuatan, yakni struktural dan kultural. Kekuatan kultural paling mayoritas di Tomohon, sehingga mengandalkan kekuatan struktural tidaklah terlaku efektif,” kata Epe.

Diuraikan dalam Pilkada Tomohon kekuatan figur calon sangat menentukan. Nah kesalahan Partai Golkar juga dengan mengabaikan figur Syerly Adelyn Sompotan (SAS) yang dalam survei memiliki elektabilitas paling tinggi dari semua calon. “Ini merupakan bentuk penghianatan terhadap keinginan publik, serta keinginan rakyat. Saatnya sekarang rakyat membalas apa yang Golkar lakukan. Yang tidak jujur pada proses penjaringan dan penetapan paslon adalah sebuah pembohongan publik sehingga asyarakat Tomohon dilecehkan,” tegas Epe.

Ditambahkannya jika keputusan Partai Golkar saat ini adalah keliru, sebab kita mencintai Golkar, tapi kita jauh mencintai masyarakat Tomohon, terutama mewujudkan harapan rakyat atas menjadikannya Tomohon sebagai kota otonom. 

“Untuk saat ini kita tetap Golkar untuk Pilwako Tomohon. Tapi kita tidak memilih figur dari Partai Golkar untuk Pilwako Tomohon. Karena untuk pemimpin Kota Tomohon tidak boleh main-main dan asal-asalan. Sehingga saya tidak merasa berdosa kalau tidak memilih, calon yang diusung dari Partai Golkar. Karena kita lebih cinta rakyat Tomohon. Dan Partai Golkar telah mencederai komitmennya yakni Suara Golkar Suara Rakyat. Maksudnya, Golkar harus mengikuti suara rakyat, tapi sayangnya untuk Kota Tomohon tidak dilakukan,” kunci Epe. (davyt)

CATEGORIES
Share This