Kinerja Perekonomian Sulut Triwulan III-2021 Tetap Tumbuh Positif
SULUTDAILY|| Manado- Pembatasan aktivitas sosial ekonomi masyarakat menahan percepatan perbaikan perekonomian di Sulawesi Utara. Meski demikian kinerja perekonomian Sulut relatif baik dan tumbuh positif. Hal ini tercermin dari pertumbuhan ekonomi Sulut yang masih positif sebesar 3,15% (yoy), meski melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 8,49% (yoy).
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Arbonas Hutabarat mengatakan
kenaikan kasus aktif COVID-19 terutama pada bulan Juli-Agustus yang terjadi secara nasional diperkirakan menjadi faktor utama yang menahan berlanjutnya tren perbaikan perekonomian daerah.
” Pertumbuhan Sulut juga tercatat sedikit lebih rendah dibandingkan nasional yang tumbuh 3,51% (yoy),” kata Arbonas.
Dikatakan Arbonas, dari sisi sektoral, tiga lapangan usaha (LU) utama Sulut memiliki kinerja yang cenderung melambat. LU transportasi, pertanian dan konstruksi tumbuh lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sementara LU perdagangan dan LU industri pengolahan tumbuh menguat. LU transportasi menjadi LU yang paling terdampak kenaikan kasus aktif COVID-19 di Sulut.
“Kinerja LU transportasi terkontraksi sebesar 5,59% (yoy) menurun signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh tinggi sebesar 22,54% (yoy),” jelasnya.
Dalam analisis BI Sulut, kenaikan kasus aktif COVID19 menyebabkan pemerintah mengambil langkah pengetatan, salah satunya adalah dengan membatasi mobilitas masyarakat.
Persyaratan penerbangan yang sebelumnya hanya membutuhkan antigen diperketat menjadi PCR pada triwulan III 2021. Kondisi tersebut menjadi disinsentif masyarakat untuk melakukan perjalanan.
Hal ini tercermin dari jumlah penumpang udara yang mengalami penurunan sebesar 24,56% (yoy), menurun signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang naik di atas 400% (yoy).
Kontraksi kinerja transportasi juga tercermin dari google mobility report komponen transit dimana rata-rata aktivitas di lokasi transit pada triwulan III 2021 tercatat sebesar 29,14% dibawah level praCOVID-19 (baseline) menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 20,28% dibawah baseline.
Meski demikian, kinerja sub-LU transportasi laut yang tumbuh menguat menahan perlambatan kinerja transportasi yang lebih dalam.
Sementara itu, kinerja konstruksi juga cenderung tertahan pada triwulan III 2021. LU konstruksi tumbuh sebesar 4,78% (yoy) melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 18,06% (yoy).
Tertahannya investasi pemerintah dan berkurangnya tendensi investasi dari wisata menjadi faktor penahan kinerja konstruksi Sulut. Hal ini tercermin dari data pengadaan semen di Sulut yang tumbuh 14,86% (yoy) pada triwulan III 2021 atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 88,12% (yoy).
Arbonas juga mengungkapkan kinerja pertanian juga melambat pada triwulan III 2021. Kinerja sub-LU perkebunan yang terindikasi tumbuh menguat sejalan dengan membaiknya kinerja LU industri pengolahan belum mampu mendorong penguatan kinerja pertanian secara umum.
Produksi padi yang terkontraksi 14% (yoy) menjadi salah satu faktor melambatnya kinerja pertanian Sulut. Pergeseran musim panen ke triwulan II 2021, menyebabkan kinerja sub-Lu tanaman pangan cenderung lebih lambat pada triwulan III 2021.
Sementara itu, sub-LU perikanan belum dapat mendorong kinerja pertanian sebagaimana tercermin dari ekspor luar negeri komoditas perikanan yang masih terkontraksi.
Di sisi lain, LU industri dan perdagangan menjadi dua LU utama yang tumbuh menguat pada triwulan III 2021.
LU industri tumbuh 11,74% (yoy) pada triwulan III 2021 menguat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,96% (yoy). Menguatnya kinerja LU industri diindikasikan oleh menguatnya nilai ekspor minyak nabati Sulut yang tumbuh 45,83% (yoy).
Hal ini tidak terlepas dari dampak stabilnya harga CNO di level yang relatif tinggi. Selain itu, menguatnya kinerja industri juga didorong oleh kenaikan produksi semen dan membaiknya kinerja industri mikro dan kecil. Sementara itu, LU perdagangan tumbuh 5,06% (yoy) pada triwulan III 2021 menguat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 3,47% (yoy).
Meski aktivitas sosial ekonomi masyarakat menurun, tingkat aktivitas sosial ekonomi masyarakat pada triwulan berjalan relatif lebih tinggi dibandingkan level aktivitas pada periode yang sama tahun lalu terutama pada komponen grosir dan farmasi serta retail dan rekreasi.
Membaiknya nilai tambah perdagangan juga tercermin dari kenaikan perdagangan antar provinsi di mana volume muat laut Sulut tumbuh 40,17% (yoy) menguat dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi 2,96% (yoy).
Dari sisi pengeluaran, tertahannya kinerja perekonomian terjadi hampir di setiap komponen. Konsumsi rumah tangga dan investasi yang mendominasi struktur perekonomian Sulut dari sisi pengeluaran tercatat melambat pada triwulan III 2021 dan menjadi sumber perlambatan utama kinerja perekonomian Sulut.
“Konsumsi rumah tangga (RT) tumbuh 3,51% (yoy) pada triwulan III 2021 melambat bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh 9,17% (yoy). Penurunan konsumsi rumah tangga merupakan dampak langsung dari pembatasan aktivitas sosial ekonomi masyarakat,” ujar Arbonas.
Aktivitas sosial ekonomi cenderung lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, tingkat mobilitas dan konsumsi masyarakat cenderung lebih rendah pada triwulan III 2021 seiring normalisasi pasca tingginya tingkat konsumsi rumah tangga pada triwulan sebelumnya yang berada pada periode perayaan hari raya Idul Fitri .
Hal ini ditengarai menahan kenaikan konsumsi, salah satunya pada komponen transportasi masyarakat sejalan dengan kinerja transportasi yang terkontraksi dan penurunan frekuensi penerbangan pada triwulan III 2021.
Selain itu, pembatasan aktivitas sosial ekonomi juga berdampak pada kontraksi konsumsi pemerintah seiring terbatasnya realisasi belanja barang dan pegawai. Meski demikian, konsumsi rumah tangga yang masih positif memberikan indikasi bahwa proses pemulihan konsumsi masyarakat masih berlangsung.
Adapun PMTB/Investasi di Sulut tercatat tumbuh sebesar 5,82% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 25,31% (yoy). Perlambatan investasi di Sulut terjadi pada sektor pemerintah maupun swasta. Kondisi ini diindikasikan oleh melambatnya tingkat realisasi belanja modal pada triwulan III 2021 dibandingkan triwulan sebelumnya. Sedangkan investasi swasta terindikasikan turun sejalan dengan terkontraksinya kredit investasi yang berlokasi proyek di Sulut sebesar 26,31% (yoy) melambat relatif signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 30,70% (yoy).
Sementara itu, ekspor Sulut masih tumbuh positif meski melambat. Ekspor Sulut tumbuh 10,28% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 17,74% (yoy). Perlambatan ekspor Sulut terutama terjadi pada komoditas ekspor luar negeri non minyak nabati. Volume ekspor Sulut non minyak nabati terkontraksi 33,11% (yoy) pada triwulan III 2021, lebih dalam dibandingkan triwulan sebelumnya.
Penurunan volume ekspor tersebut tidak lepas dari dampak gangguan logistik internasional yang menyebabkan kenaikan biaya logisitik.
Ke depan, aktivitas dan pengendalian COVID-19 masih menjadi kunci dalam mempercepat pemulihan perekonomian daerah.
Tertahannya kinerja perekonomian daerah sebagai dampak kenaikan kasus aktif COVID-19 yang ditransmisikan pada pembatasan aktivitas sosial ekonomi masyarakat, perlu menjadi bahan evaluasi kita bersama. Oleh karena itu, percepatan vaksinasi dan adaptasi pada kebiasaan baru terus diperkuat untuk mencegah terjadinya gelombang kasus COVID-19 berikutnya.
Konsumsi pemerintah yang masih berperan penting dalam perekonomian daerah diharapkan dapat dipercepat realisasinya baik dari sisi belanja barang maupun belanja modal. Hal ini penting mengingat efek multiplier konsumsi pemerintah pada perekonomian.
Selain itu, BI Sulut berpendapat bahwa percepatan adaptasi pada ekonomi digital perlu ditingkatkan untuk tetap menjaga momentum pemulihan perekonomian meski masih dibayangi risiko pandemi.
Untuk menyikapi tantangan tersebut, Bank Indonesia akan tetap memperkuat koordinasi kebijakan dengan pemerintah daerah dengan memberi dukungan sistem pembayaran non tunai serta mendorong pemanfaatan digitalisasi dalam kegiatan ekonomi di Sulawesi Utara.
Sebagai langkah konkrit, Bank Indonesia mencanangkan program SIAP QRIS di pasar Tanawangko pada 5 November 2021. Melalui program tersebut, diharapkan pedagang dan pengunjung dapat terbiasa melakukan transaksi pembayaran secara digital. Pencanangan program SIAP QRIS di Tanawangko akan menjadi awal bagi diimplementasikannya digitalisasi di seluruh pasar rakyat di Sulut.(*/Jr)