Penambang di Tatelu Minut Rentan Penyakit Kronis, AGC Programkan Pencegahan

Penambang di Tatelu Minut Rentan Penyakit Kronis, AGC Programkan Pencegahan

SULUTDAILY || Manado – Para pekerja di pertambangan emas skala kecil di Desa Tetelu, Kecamatan Dimemebe, Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara, rentan terhadap penyakit kronis seperti tumor dan kanker kulit maupun kanker yang terjadi dalam organ tubuh lainnya. Tidak serta-merta terjadi pada saat penambang itu bekerja namun pada tahun-tahun berikut dalam hidupnya.

Banyak pihak yang sudah tahu bahaya mercuri maupun sianida yang dipakai dalam proses untuk memperoleh emas di sebuah pertambangan. Mercuri dan sianida itu bukan hanya mencemarkan sungai tetapi juga tanah dan lingkungan dimana limbah itu dibuang. “Begitu juga ketika seorang bapak pulang ke rumah dan langsung memeluk istri atau anaknya dengan menggunakan pakaian yang masih bercampur bahan kimia tersebut maka disitulah terpapar ‘penyakit’ secara tidak langsung,” ungkap Titiek Hartini Expert Gender Artisanal Gold Council (AGC) dalam stakeholder meeting gender mapping di Hotel Quality Manado, Senin (21/1/2018).

Dijelaskan Titiek organisasinya hadir bukan untuk mengajak masyarakat pro atau kontra tambang tapi lebih kepada memberi sosialisasi tentang kesehatan dan kesejahteraan rakyat yang bekerja di sektor pertambangan. Kedepannya akan diprogramkan berbagai tindakan konkrit selain sosialisasi dan seminar tetapi juga memalui banyak cara antara lain pembuatan komik untuk menjelaskan kepada anak-anak tentang bahayanya mercuri dan bagaimana menghindarinya dari orangtua yang bekerja dengan mengunakan bahan kimia yang berbahaya itu.

“Komik ini bagian dari sosialisasi melalui media. Materinya kita ambil contoh dari organisasi yang sama dengan kita yaitu dari Filipina. Dari komik ini diharapkan masyarakat akan tahu bagaimana menghadapi bahaya mercuri atau bahan-bahan kimia berbahaya di sekitar tambang rakyat itu,” ujarnya.

Saat ini, Ibu Titi, sapannya, merasa bersyukur karena telah hadir teknologi canggih yang bisa membuat pengolahan emas itu lebih ramah lingkungan. Teknologi ini sudah banyak dipakai di pertambangan berskala besar maupun kecil yang ada di Indonesia. Hanya ada 2 kabupaten yang menjadi pilot project terkait tambang rakyat, yaitu, di Tatelu dan di Tobongon, Bolmong.

“Kami memberi perhatian khusus terhadap perempuan, anak maupun pekerja tambang agar nantinya mendapatkan pelayanan sosial yang adil dan kehidupan bermasyarakat sebagaimana mestinya di sajikan sebuah negara. Sebab itu perlu menjadi perhatian khusus agar jangan ada orang atau keluarga yang hari ini mendapatkan pendapatan yang lebih namun di tahun yang akan datang, semua pendapatan atau penghasilan itu bahkan tidak cukup untuk biaya pengobatan akibat kesehatan yang terus-menerus mengalami gangguan karena pencemaran lingkungan,”  tambahnya.

Dalam data AGC diketahui ada 921 Kepala Keluarga di Desa Tatelu tersebar di beberapa ‘jaga’ atau ‘lingkungan,’ terdiri dari 1,669 laki-laki dan 1,664 perempuan. Penduduk 95 persen Kristen dan 5 persen memeluk agama lainnya. “Penduduk asli di tambang Tatelu mayoritas tidak bekerja sebagai penambang tetapi mempunyai usaha terkait tambang,” ungkapnya.

Nadine sedang memberikan penjelasan.

Nadine Helena Sulu, Training Specialist Gender, Aliansi Masyarakat Adat Nusantara North Sulawesi (AMAN) data tersebut masih akan diupdate guna kepentingan pelayanan masyarakat khususnya mereka yang bekerja dan hidup di kawasan tambang rakyat di Tatelu. “Kami mengelar pertemuan ini untuk mendapatkan masukkan dan support dari stakeholder yang ada. Sebagaimana tujuan dari program ini untuk mengurangi kesenjangan dan memastikan akses serta manfaat yang sama bagi laki-laki maupun perempuan pada Program Emas Rakyat Sejaktera (PERS) di Indonesia,” ungkapnyanya.

Program Emas Rakyat Sejaktera (PERS) merupakan program periode 2015-2020 yang digagas AGC yaitu sebuah organisasi nonprofit berbasis di Kanada yang bertujuan untuk meningkatkan lingkungan dan sosial ekonomi komunitas pertembangan berskala kecil (PESK) yang ada di dunia. Ada jutaan orang yang bekerja di tambang rakyat yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia dan mereka berhak atas kehidupan yang lebih layak dan lebih sehat.

Hadir dalam kegiatan ini Direktur LSM Swara Parangpuang, Direktur Yayasan Suara Nurani Minaesa Jull Takaliuang, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P3A) Minut Jofieta Supit, Kabid Pengarusutamaan Gender dan Pemberdayaan Perempuan (PUG dan PP) Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Anak (DP3A) Kab.Boltim, Yayasan PEKA Frans Kurniawan, Pengurus Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPA) Kab.Minut Divisi Sosialisasi Yudith Rondonuwu dan Divisi Advokasi Veni Kompo, SH. (yr)

CATEGORIES
TAGS
Share This