Hadiri Konferensi di Swiss, BPPT Pamerkan Pengolahan Emas Tanpa Merkuri
SULUTDAILY|| Tekno – Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengutus tim untuk menghadiri Konferensi Penandatanganan atau Conference of the Parties (COP) Konvensi Minamata Merkuri di Jenewa Swiss. BPPT memamerkan inovasi pengolahan emas non-merkuri.
COP digelar mulai pada Senin hingga Jumat, 19-23 November 2018. Pertemuan tersebut ditujukan untuk mengimplementasikan Konvensi Minamata yang saat ini memasuki tahun ke-2 legitimasi penghapusan merkuri oleh 101 negara.
Deputi Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam BPPT Hammam Riza mengatakan ada permintaan supaya Indonesia memproteksi lingkungan dan memperbaiki daerah yang telah terkontaminasi merkuri. “Ini menjadi pekerjaan rumah besar bagi kita, BPPT siap mendukung dari aspek teknologi untuk mengurangi penggunaan merkuri,” ujarnya dilansir dari Tempo.co, Selasa (23/11/2018).
Dengan diratifikasinya Konvensi Minamata, menunjukkan komitmen besar pemerintah Indonesia terhadap upaya pengurangan dan penghapusan merkuri. Ditambah lagi pengesahan UU Nomor 11 Tahun 2017 tentang Konvensi Minamata yang berkaitan dengan Merkuri oleh Presiden Joko Widodo atau Jokowi pads September 2017.
“Untuk tahun anggaran 2018, BPPT melakukan pembuatan Detail Engineering Design di lokasi pertambangan emas skala kecil dalam membangun Pilot Plant Pengolahan Emas berbasis non-merkuri di wilayah pertambangan rakyat Kulon Progo, Yogyakarta,” kata Hammam.
Hal tersebut dilakukan untuk merefleksikan komitmen pemerintah dalam menghentikan penggunaan merkuri di pertambangan emas skala kecil (PESK). Dan memperkuat kemampuan daerah dalam menyelesaikan permasalahan pencemaran merkuri yang berasal dari PESK. Saat ini BPPT telah menghadirkan teknologi untuk pengolahan emas non merkuri bagi Penambang Emas Skala Kecil (PESK) antara lain di desa Lebak Situ, Banten.
Penghentian penggunaan merkuri pada pertambangan emas tidak diartikan sebagai pemberhentian secara langsung pada tambang rakyat. Karena tidak hanya akan memberikan dampak sosial dan ekonomi yang besar, tapi menggunakan pendekatan lain seperti pencarian solusi teknologi alternatif pengolahan emas non merkuri yang ramah lingkungan.
“Hal ini juga dapat menginspirasi pemerintah lainnya yang memiliki wilayah pertambangan rakyat untuk mereplikasi fasilitas serupa. Sehingga sasaran penghapusan penggunaan merkuri pada aktivitas pertambangan emas skala kecil di Indonesia bisa terwujud,” tambah Hammam. Dia berharap, dengan dibangunnya fasilitas pengolahan emas non merkuri tersebut, para penambang rakyat dapat terbiasa menggunakan metode pengolahan emas bebas merkuri. (yr)