OJK Peringatkan Jangan Tergiur ‘Money Game’ Berkedok Bagi Berkah Rp 25-100 Ribu

OJK Peringatkan Jangan Tergiur ‘Money Game’ Berkedok Bagi Berkah Rp 25-100 Ribu

SULUTDAILY || Manado – Iseng transfer Rp.25 ribu – Rp.100 ribu untuk dapat keuntungan sampai ratusan juta bahkan miliaran rupiah? Masuk akal tidak? Memang segala sesuatu mungkin dan satu, dua atau tiga orang pertama mungkin berhasil tapi kalau pakai logika tindakan seperti itu terlalu beresiko.


Transfer-mentransfer uang yang berlabel ‘iseng, berbagi berkah atau bersedekah’ ini memang lagi viral di media sosial. Banyak akun media sosial diantaranya Facebook hingga via WhatsApp yang meneruskan pesan ini sebagai bentuk informasi dan ajakan kepada orang lain.


Terkait hal ini Sulutdaily.com mengonfirmasi kepada pihak terkait yaitu Otoritas Jasa Kelola (OJK) Sulutgomalut, Sabtu (06/04/2019) dan mendapatkan penjelasan bahwa ajakan seperti itu terkategori permainan uang (money game) yang didesain seperti arisan online. Seperti diketahui money game dan arisan online banyak yang berakhir di kantor polisi karena ada pihak yang merasa menjadi korban penipuan.


“Skema ini berpotensi merugikan karena tidak jelas produknya dan tidak jelas mekanismenya,” ungkap Humas OJK Sulutgomalut Moren Monigir saat dikonfirmasi.


Dijelaskannya OJK tidak mengatur dan mengawasi hal seperti ini. Hanya saja karena memang agak mirip dengan fintech dan banyak masyarakat yang meminta konfirmasi maka OJK melakukan analisa dan penelusuran terkait hal tersebut.


OJK pun menyimpulkan bahwa transfer-mentransfer ini kemungkinan besar merupakan modus penipuan. Ciri-ciri modus penipuan via online antara lain pertama, menggunakan kalimat-kalimat ajakan yang mengiurkan seperti yang beredar via dunia maya saat ini. Ibarat rayuan gombal memang banyak yang akan ‘tergoda’ dan terlena untuk mengikuti ajakan tersebut.

Ini sebagian tulisan menggiurkan dari money game yang sedang beredar di media sosial.


“Sekarang coba kita urai dan pilah pilih dari mana kita bisa mendapatkan duit 40 juta rupiah bahkan 64 milyar seperti ilustrasi yang beredar (ada banyak versi bujukan, red)? Apakah kita berharap orang akan mentransfer ke rekening kita? Darimana kita tahu bahwa orang akan mentransfer sejumlah uang ke rekening kita. Ini jelas penipuan berkedok berbagi berkah,” katanya.


Diakuinya memang seseorang tidak akan merasa rugi untuk transfer Rp 25-100 ribu tapi harus hati-hati jangan sampai uang yang dikirim ternyata dipergunakan untuk pencucian uang atau pendanaan teroris (APU-PPT). “Hati-hati karena pencucian uang dan pendanaan teroris adalah tindak pidana. Jangan sampe kita ikut didalamnya,” tegasnya.


Moren mengakui sampai saat ini sudah banyak transaksi yang beredar. Ia sendiri mendapat info dari rekannya yang mendapatkan jutaan rupiah hanya dalam waktu dua hari. “Nah, yang harus diwaspadai juga kedepannya bisa terjadi penyalahgunaan data, misalnya rekening yang dibobol karena dalam prosesnya diminta data hingga alamat email,” ujarnya.


Data yang disebar untuk umum yaitu nama lengkap, nomor rekening dan alamat email yang bisa dimanfaatkan oleh oknum yg tidak bertanggungjawab dengan kecanggihan teknologi bisa mengakses layanan perbankan  misalnya internet banking yang pasti terhubung di alamat email. “Waspada karena sekarang banyak penipuan via online seperti pembobolan rekening bank sampai penyalahgunaan akun media sosial (aksi hacker, red),” pesannya.

Skema Ponzi

Mereka yang pernah atau sedang menanam modal di dunia saham pasti familiar dengan istilah ini. Skema Ponzi rupanya tak hanya digunakan untuk jual-beli saham dalam skala besar tetapi di bisnis travel hingga money game. Dilansir dari berbagai sumber, skema ponzi adalah modus investasi palsu seperti suatu sistem yang akan membuat seseorang tergiur karena ketika ada tawaran keuntungan yang besar tanpa kerja berat.

Dalam putaran pertama, kedua dan biasanya sampai ketiga ‘keuntungan’ besar yang dijanjikan akan diberikan. Hal ini untuk ‘menjebak’ penerima keuntungan itu ‘menanam’ lebih banyak dan mengajak lebih banyak peserta lain. Biasanya ketika sudah banyak yang ‘menanam modal’ maka keuntungan yang dijanjikan sudah tidak akan diberikan sampai kapan pun. Demikianlah penipuan sudah terjadi seperti yang terjadi pada kasus netInvest di Manado, kasus jual-beli Cengkeh di Sangihe hingga kasus travel umroh abu tour dan First Travel.

Herannya mereka yang tergiur banyak dari kalangan terpelajar seperti pekerja kantoran. Fenomena baru dengan perkembangan teknologi. Kesimpulannya, jelas yah.. kalau mau cari duit kerja yang halal saja daripada cari yang instan terlalu beresiko; rekening kita dibobol atau akun medsos kita disalahgunakan. Kalau memang mau bersedekah atau berbagi berkat sebaiknya di tempat ibadah masing-masing yang jelas siapa pengelolanya. (yr)

CATEGORIES
TAGS
Share This