Penelitian HCC: 6 dari 10 Ibu Merasa tidak Bahagia Saat Menyusui

Penelitian HCC: 6 dari 10 Ibu Merasa tidak Bahagia Saat Menyusui

SULUTDAILY|| Jakarta – Proses menyusui akan berlangsung secara optima jika Ibu menyusui mendapatkan dukungan yang intensif. Namun penelitian terbaru dari Health Collaborative Center (HCC) menunjukkan 6 dari 10 Ibu Menyusui merasa Tidak Bahagia menjalankan proses menyusui karena kurang mendapat dukungan.

Dari hasil penelitian yang dilakukan Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, dan associate researcher Bunga Pelangi, MKM bahwa hanya 44% ibu menyusui merasa bahagia dalam menjalankan proses menyusui karena dukungan yang optimal.

“Penelitian kami ini menemukan fakta bahwa terdapat hampir 60% atau 6 dari 10 ibu menyusui yang merasa tidak bahagia dengan proses menyusui selama pandemi. Dari penelitian kami pada 1920 responden ibu menyusui diketahui bahwa penyebab utama perasaan tidak bahagia adalah karena aspek dukungan yang diharapkan tidak maksimal,” ungkap Dr Ray yang sering memberi edukasi laktasi lewat akun Instagram @ray.w.basrowi

Secara umum, sebanyak 90% atau 1810 responden menyatakan bahwa perlu didukung oleh suami. Khususnya pada dukungan psikologis dan dukungan ke layanan kesehatan. Pihak kedua yang perlu mendukung Ibu menyusui adalah anggota keluarga, khususnya ibu dari ibu menyusui (59% atau 1182 responden).

“Dukungan utama yang diharapkan adalah memang dari suami dan core family atau keluarga inti, dan ternyata mayoritas ibu menyusui pada responden penelitian ini menunjukkan tidak mendapat dukungan ini. Ketika dukungan ini hilang, dan ibu menyusui merasa tidak Bahagia dengan proses laktasi, makan potensi gagal ASI sangat besar dan ibu juga bisa mengalami konsekuensi stres,” tambah Ray yang merupakan praktisi kesehatan komunitas dan kedokteran kerja dari Health Collaborative Center.

Faktor kedekatan antar perempuan serta ibu ke anak dan sebaliknya menjadi hal krusial dalam meningkatkan perilaku menyusui. Dukungan yang dibutuhkan adalah terkait dukungan informasi terhadap pengalaman dan praktik baik dalam menyusui.

“Nah ketika ibu menyusui kehilangan core support terutama dari suami, ini maka proses menyusui kemudian menjadi sekadar menjalankan fungsi biologis memberi makan bayi saja, dan kehilangan esensi untuk memberi kedamaian dan kebahagiaan secara emosional atau psikologi bagi ibu sendiri. Ini sebenarnya harus dihindari, karena dalam proses menyusui ibu juga butuh bahagia, tidak stress dan menikmati prosesnya. Jadi dari penelitian ini kami secara gamblang ingin menegaskan bahwa suami menjadi aktor utama dalam sistem dukungan kesuksesan menyusui,” ungkap Dr. Ray yang pernah meneliti formulasi model promosi laktasi di tempat kerja di Indonesia.

Fakta yang ditemukan oleh HCC adalah dukungan suami merupakan yang paling penting untuk Ibu menyusui. Agar hal tersebut dimungkinkan, sebanyak lebih dari 80% responden menyatakan sangat setuju terhadap peraturan rencana hak cuti 40% untuk suami siaga.

Sejumlah 74% responden menyatakan bahwa hal tersebut guna mendukung proses pemulihan setelah melahirkan.
Dalam rangka menyediakan lingkungan yang mendukung, sebanyak 95% responden setuju terhadap peraturan rencana cuti 6 bulan untuk ibu menyusui. Kebijakan tersebut dianggap oleh 83% (1657) responden dapat mendukung proses menyusui secara lebih optimal dan sebanyak 33% (668) responden meyakini kebijakan tersebut menjadi jaminan agar tetap memiliki pekerjaan saat proses adaptasi menyusui.

Bunga Pelangi sebagai associate researcher HCC menegaskan, penelitian ini menggunakan Model sosio-ekologi yang merupakan pendekatan komprehensif di bidang kesehatan masyarakat yang tidak hanya ditujukan untuk melihat faktor risiko pada individu, tetapi juga aspek norma, kepercayaan dan sistem sosial ekonomi.

Menurut Bunga, metode penelitian ini sudah valid untuk mendapat data superfisial terkait factor dan actor siapa saja yang bisa mendukung ibu menyusui untuk sukses menyusui dan tentunya tetap membaut ibu Bahagia dan sehat.”

Bunga juga menegaskan, melalui metode ini, temuan lain pada penelitian ini diketahui bahwa hal yang dapat memotivasi agar anggota keluarga mendukung ibu memberikan ASI adalah adanya persepsi positif bahwa hal tersebut sudah menjadi kewajiban/keharusan dan merupakan bentuk nyata dari keluarga dalam membantu Ibu menyusui.

Dari penelitian tersebut, maka HCC merekomendasikan agar:
Pertama, upaya edukasi di fasilitas kesehatan dapat melibatkan pesan kunci terkait dukungan psikologis dan pelibatan suami serta anggota keluarga.

Kedua, dukungan psikologis dengan penyediaan konseling ASI secara online maupun langkah taktis mendukung psikologis Ibu di tingkat keluarga.

Ketiga, menggunakan pendekatan keluarga dalam memberdayakan setiap anggota keluarga untuk mendukung Ibu memberikan ASI. (***)

CATEGORIES
TAGS
Share This