
Elizabeth Warren Penantang Baru Donald Trump dari Demokrat Menuju Pilpres Amerika Serikat
SULUTDAILY // Ameriksa Serikat – Pada Senin kemarin, Elizabeth Warren mengumumkan siap berkontes dalam pilpres 2020 untuk menantang Donald Trump.
Senator Massahchussetts dari Demokrat itu adalah pengkritik tajam Donald Trump, mulai dari kampanye hingga menjabat presiden dan bahkan menyerukan pemakzulannya.
Menurut laporan New York Times, yang dikutip pada 1 Januari 2018, Warren adalah pejuang kelas menengah Amerika, pengkritik kapitalisme tanpa regulasi, dan pengkritik bank-bank besar.
Di bawah panji Demokrat, Warren muncul dan kemunculan Warren bisa menjadi bayang-bayang Hillary Clinton semasa pilpres 2016 lalu.
Sejak 1992, Demokrat tidak memiliki pemimpin tunggal, belum ada yang memiliki kans kuat untuk capres 2020 dan kandidat yang betul-betul mempersatukan identitas Demokrat, selain dominasi Barack Obama dan Hillary Clinton.
Hasil pemilu sela memperlihatkan bagaimana perempuan-perempuan Demokrat, liberal, minoritas dan generasi muda Demokrat menang.
Keberagaman kandidat tentu menjadi kesulitan Demokrat untuk menimbang, siapa calon yang paling cocok menantang Trump, calon yang bisa merangkul semua kalangan, Selatan dan Utara, dari bentang demografi metropolitan sampai pedalaman Amerika.
Sebetulnya ada dua calon kuat dari Demokrat untuk pesaing Trump, yakni mantan wapres Joseph R. Biden Jr., dan Senator Bernie Sanders, yang digadang akan mengungkapkan niat pencalonan capresnya akhir musim dingin ini. Namun Demokrat melihat keduanya sebagai generasi lama, dan begitu juga para simpatisan Demokrat.
Kedua politikus potensial tersebut bukan hanya faktor penyisih Warren. Editorial The Boston Globe pernah menyarankan agar Warren urungkan niat untuk pencapresan dengan alasan dia akan menjadi figur pemecah, dan ia dianggap kehilangan kesempatan untuk capres ketika menantang Hillary pada 2016 lalu.
Kali ini, untuk kontestasi 2020, Warren mengambil ancang-ancang lebih awal. The Washington Post melaporkan dia menyebarkan pesan video berantai yang mempromosikan diri sebagai penantang Trump dan menyebar slogan: “bergabunglah dalam perjuangan!”
“Dia adalah advokat yang kuat, sensitif, dan apakah sosok itu yang dicari orang di era Trump? Apakah kita melawan orang yang keras kepala dengan orang yang keras kepala juga?” tutur David Axelrod, kepala strategis tim sukses Barack Obama, kepada Washington Post.
Senator Warren adalah orang yang paling vokal menyuarakan pemakzulan Trump. Pada 6 September 2018, Warren dengan tegas mengatakan ini saatnya untuk menggeser Donald Trump dari kursinya.
“Jika pejabat pemerintah senior berpikir Presiden AS tidak bisa menunaikan tugasnya, maka kita harus menggunakan amandemen ke-25. Konstitusi mengizinkan prosedur hukum ketika wakil presiden dan pejabat tinggi menilai presiden tidak bisa melakukan tugasnya,” kata Warren kepada CNN.
Sejak itu, Warren dipandang sebagai kandidat presiden yang mungkin melawan Trump, yang tidak pernah sekalipun menahan diri mengkritik Warren, mengejeknya dengan sebutan “Pocahontas” karena dia telah mengklaim sebagai penduduk asli Amerika selama karirnya sebagai profesor hukum yang memicu kontroversi.
Namun akhir pekan lalu, The Boston Globe menerbitkan artikel investigasi yang menunjukkan bahwa etnisitasnya bukan merupakan faktor dalam profesinya di Harvard.
“Keluarga saya adalah keluarga saya, tetapi The Boston Globe melakukan penyelidikan yang sangat teliti dan menetapkan bahwa latar belakang keluarga saya tidak ada hubungannya dengan saya dipekerjakan di mana pun,” katanya.
“Saya pertama kali menjadi kandidat politikus pada tahun 2012 dan terus terang saya bahkan tidak memiliki informasi dasar ini. Jadi, kumpulkan semuanya, serahkan ke pers, dan berkata, itu dia,” beber Warren ketika ditanya apakah dia menyesal terkait latar belakang etnisnya.
Sepak terjang Warren membuat oposisinya di kubu Demokrat mengeluh bahwa Elizabeth Warren sebagai orang yang terlalu liberal dan terlalu memecah belah, ungkap laporan POLITICO. Dalam wawancara dengan POLITICO, sejumlah penasihat dan mantan penasihat Warren serta koleganya mengatakan Warren menciptakan narasinya sendiri tentang dirinya sebagai anti-Wall Street dan pro kelas menengah.
Namun penasihat Warren yang lain tidak sepakat. Penulis biografi Warren, Antonia Felix, mengatakan Warren bukan hanya kandidat yang layak tetapi kandidat yang bisa menang.
Melalui videonya, Warren bukan hanya memberikan wacana melawan Donald Trump, tapi juga menyampaikan fokus kerja pada perlindungan konsumen, kesenjangan kesejahteraan, biaya pendidikan, isu LGBT+, dan gerakan hak perjuangan perempuan, seperti dikutip dari The Independent.
Dalam pesan email yang dikirim kepada pendukungnya, Warren akan memulai kampanye pada awal 2019.
Sejauh ini Donald Trump belum berkomentar atas pencalonan Elizabeth Warren, tetapi Ketua Komisi Nasional Republik Ronna McDaniel menyebut Warren adalah ekstrimis sayap kiri lain dan pengacau.
Apapun tanggapan Partai Republik, atau komentar Trump nantinya tentang Elizabeth Warren, Trump masih berada dalam posisi yang sulit. Sebut saja investigasi campur tangan Rusia dalam pilpres 2016, rencana ambisius tembok perbatasan sampai ditinggal oleh orang-orang di sekeliling.
Carut-marut tersebut tidak hanya membuat Trump fokus menyelesaikan masalah internal pemerintahan, tetapi juga harus waspada taktik Elizabeth Warren merebut dukungan rakyat Amerika Serikat, yang bisa membuat kejutan pada pilpres 2020 mendatang. (yr)
Sumber: Tempo.co