Destinasi Eduwisata Pembatik Cilik, Dedikasi YPA-MDR Lestarikan Budaya Batik

Destinasi Eduwisata Pembatik Cilik, Dedikasi YPA-MDR Lestarikan Budaya Batik

Seorang putri, Sekolah Dasar (SD) yang tergabung dalam Komunitas Pembatik Kecil terliat santai namun serius memainkan cantting dengan cairan malam atau lilin diatas kain mori. Meski membuat batik tulis dikenal memiliki proses yang panjang dan cukup rumit, namun wajah cilik ini, sesekali memberi senyuman khasnya karena ada sebuah kesadaran bahwa membatik secara manual ini akan menghasilkan sebuah kerajinan tangan yang bernilai seni tinggi.

Keuletan para siswa dan siswi ini menampakkan kemampuan membatik yang dikembangkan sejak dini, ketika menimbah ilmu di sekolah dasar. Juga membuat kita sadar, di balik elegannya busana batik tulis yang kita gunakan, terselip jerih payah dan rebas keringat para pembatik ketika memindahkan tinta dari wajan ke kain dengan cantting.

Berkolaborasi dengan Desa Sejahtera Astra (DSA) Gilangharjo, Kabupaten Bantul, Yayasan Pendidikan Astra – Michael D. Ruslim (YPA-MDR) meluncurkan Destinasi Eduwisata Pembatik Cilik Pandak sebagai upaya untuk menciptakan keberlangsungan kecakapan hidup serta pelestarian budaya batik khas daerah pada Kamis,(01/09/2022).

Digerakkan oleh semangat untuk berkontribusi terhadap peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), YPA-MDR terus konsisten melakukan pembinaan pilar kecakapan hidup membatik untuk guru-guru dan siswa-siswi di Kecamatan Gedangsari – Kabupaten Gunungkidul dan Kecamatan Pandak – Kabupaten Bantul, D.I. Yogyakarta sejak sekitar tahun 2007-2008 hingga saat ini .

Acara ini sangat menarik karena sebanyak 300 Pembatik Cilik binaan YPA-MDR dan Pemerintah Kaluhuran Gilangharjo melakukan kegiatan membatik bersama dan Parade Fashion Show Batik yang di peragakan oleh Miss Bantul 2022.

Program ini sejalan dengan pembinaan pilar kecakapan hidup dan menjadi bentuk nyata dukungan YPA-MDR untuk tercapainya Sustainable Development Goals (SDGs) di Indonesia dalam mewujudkan pendidikan yang berkualitas.

Kanjeng Pangeran Haryo Yudanegara memberikan apresiasi kepada YPA-MDR karena telah menginisiasi kemitraan dengan Desa Gilangharjo sebagai Destinasi Eduwisata Pematik Cilik karena desa ini terus menunjukan tekad untuk maju dan berkarya berlandaskan ‘sawiji greget sengguh ora mingkuh’ sebagai semangat khas Yogyakarta.

‘’Dengan adanya komunitas Pembatik Cilik sebagai aktor kreatif ini tentu menambah daya tarik dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Gilangharjo. Selain itu, penguasaan teknologi juga penting dilakukan untuk kemajuan peradaban dan dapat mendukung gerakan kebudayaan di Jogja Gumregah,’’ujarnya.

Hal senada dikatakan Ketua DPRD Bantul, Hanung Raharjo.ST bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul merasa bangga dengan program inovasi Komunitas Pembatik Cilik ini. ‘’Kami berharap program ini akan mendukung Kabupaten Bantul sebagai Kabupaten yang kreatif dan menjadi momentum bangkitnya ekonomi kreatif khususnya di Gilangharjo. Kami berterima kasih kepada Yayasan Pendidikan Astra – Michael D. Ruslim yang telah berkenan mendampingi kegiatan pendidikan formal dan informal di Kabupaten Bantul,’’kata Hanung.

Komunitas Pembatik Cilik

Ketua Pengurus YPA-MDR, Herawati Prasetyo menjelaskan, sejak tahun 2021, YPA-MDR mulai mendirikan Komunitas Pembatik Cilik yang terdiri dari total 87 siswa-siswi berbakat lintas sekolah binaan di dua area binaan Provinsi D.I. Yogyakarta, yaitu area dan Desa Sejahtera Astra (DSA) Gilangharjo, Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul dan Kampung Berseri Astra (KBA) Gedangsari, Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul.

‘’Hingga saat ini, talenta dan kreativitas mereka telah di wujudkan dengan total 97 karya kain batik tulis yang dapat diminati wisatawan domestik maupun nantinya wisatawan mancanegara dan siap bersaing di industri mode Indonesia dan Internasional,”ungkap Herawati.

Ia mengatakan, YPA-MDR berupaya melakukan pemandirian Komunitas Pembatik Cilik melalui kolaborasi dengan perwakilan guru sekolah binaan, perangkat desa, karang taruna, pokdarwis, serta para pengrajin lokal dalam membentuk Tim Local Champion, yang bertujuan untuk menciptakan program yang berdampak dan berkelanjutan. Tim inilah yang akan mengembangkan program ini menjadi program wisata edukasi batik, yaitu Destinasi Eduwisata Pembatik Cilik.

‘Melalui peluncuran Destinasi Eduwisata Pembatik Cilik Pandak ini diharapkan para siswa-siswi Komunitas Pembatik Cilik dapat menjadi calon penggerak muda dan menularkan kecintaan terhadap membatik secara lintas generasi, yang pada akhirnya dapat melestarikan batik dan juga dapat membantu potensi perkembangan industri pariwisata berbasis edukasi dan ekonomi kreatif,’’harap Herawati.

Sebelum meluncurkan Destinasi Eduwisata Pembatik Cilik sebagai upaya untuk menciptakan keberlangsungan kecakapan hidup serta pelestarian budaya batik di lingkup daerah, YPA-MDR menginisiasi Komunitas Pembatik Cilik, yang merupakan sebuah wadah bagi siswa-siswi lintas sekolah binaan YPA-MDR di satu kecamatan, yang memiliki minat dan bakat dalam membatik pada awal Pebruari 22.

Harapan YPA-MDR adalah bahwa siswa tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga dapat terus mengasah kecakapan hidup serta kepercayaan diri yang dapat menjadi bekal bermanfaat untuk masa depan mereka dan warga sekitarnya.

Dalam acara tersebut dihadiri oleh peraih penghargaan SATU Indonesia Awards 2017, Anjani Sekar Arum yang saat ini juga menjadi narasumber membatik Komunitas Pembatik Cilik YPA-MDR.

“Tantangannya mengubah mindset anak-anak dalam membatik serta mendidik untuk menjadi seniman pembatik cilik dengan membuat karya dari hati serta membentuk kreatifitas sejak dini” jelas Anjani Sekar Arum.

Melalui pembentukan Komunitas Pembatik Cilik ini, YPA-MDR berharap dapat melestarikan batik yang merupakan salah satu identitas budaya Yogyakarta, dan juga dapat membantu potensi perkembangan industri pariwisata dan ekonomi kreatif. Kegiatan membatik yang dilakukan oleh YPA-MDR di sekolah binaan, telah mendukung predikat

“Yogyakarta sebagai Kota Batik Dunia” yang dinobatkan oleh Dewan Kerajinan Dunia (World Craft Council), salah satunya yaitu ketika Kecamatan Gedangsari terpilih menjadi salah satu destinasi perhelatan Jogja International Batik Biennale (JIBB) tahun 2018 lalu.

Pada acara dengan lingkup internasional tersebut, Presiden World Craft Council Dr. Ghada Hijjawi Qaddumi secara langsung mengunjungi salah satu sekolah binaan YPA-MDR yaitu SMKN 2 Gedangsari, yang dipilih menjadi salah satu perwakilan sekolah yang berhasil melestarikan budaya batik.

Gedangsari Berlari

Pada Mei 2021, PT Astra International Tbk melalui YPA-MDR bekerjasama dengan desainer Lulu Lutfi Labibi mengadakan pagelaran busana (fashion show) bertajuk “Gedangsari Berlari”.Dalam pagelaran busana ini, diperagakan karya Lulu Lutfi Labibi, yang menggunakan material hasil karya batik siswa binaan YPA-MDR, Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 2 Gedangsari, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

pagelaran busana (fashion show) bertajuk “Gedangsari Berlari”

Kolaborasi ini merupakan wujud dari puncak kreativitas para siswa SMKN 2 Gedangsari yang telah diberikan program pembinaan desain dan pengembangan motif batik oleh Lulu Lutfi Labibi dan eksplorasi kecakapan hidup masyarakat di Gedangsari.

Material batik bermotif flora dan fauna khas Gedangsari yang digunakan dalam pagelaran busana tersebut diproduksi selama proses workshop yang dilaksanakan selama beberapa kali dalam kurun waktu 1 tahun bersama guru dan siswa-siswi SMKN 2 Gedangsari. Motif yang digunakan berupa daun pisang, pohon bambu, bunga sepatu dan burung.

“Ketika saya meminta mereka untuk membuat motif dengan inspirasi dari lingkungan sekitar. Mereka memberikan hasil yang segar dan orisinil seperti motif semut makan pisang maupun pelepah pisang,” tutur Lulu Lutfi Labibi saat itu.

Selain teknik batik, materi yang diberikan juga berupa pengembangan motif kontemporer, branding, serta pemahaman terhadap pasar. Pada pagelaran busana teraebut, Lulu Lutfi Labibi akan menghadirkan karya yang menggunakan teknik drapery, yang merupakan ciri khasnya menggunakan materi batik hasil kolaborasi yang juga dikombinasikan dengan lurik, tenun Kupang maupun katun bordir motif bunga. Karya berupa atasan, celana, rok, jumpsuit, dress dan jaket ini sudah dipadu dalam 90 tampilan.

Selain pagelaran busana, ditampilkan juga film dokumenter yang menampilkan kegiatan pembinaan siswa dengan segala latar belakang kehidupan. “Selama 1 tahun, saya berkenalan dengan siswa yang memiliki latar belakang dan cerita yang berbeda, tetapi mereka mempunyai tujuan yang sama, menjadi manusia yang bermanfaat untuk sesama. Bekerjasama dengan Ig Raditya Bramantya dan Eandaru Kusumaatmaja, kami mendokumentasikan berbagai mimpi, harapan dan semangat mereka melihat masa depan,” ujar Lulu Lutfi Labibi.

Berdayakan SDA untuk Pewarna Kain

Pewarna alami dari tumbuhan hasilnya tidak jauh berbeda dengan pewarna kimia. Tumbuhan sebagai sember daya alam kita bisa menghasilkan warna tekstil yang mengagumkan seperti Jati (Tectona grandis), Mahoni (Swietenia macrophylla),Tarum (Indigofera Tinctoria), Pinang (Areca Cathecu), Safflower (Crocus sativus), Kunyit (Curcuma domestica), Suji (Dracaena angustifolia), Kulit manggis (Garcinia mangostana), Angsana, Kesumba (Bixa Orellana), Akar mengkudu (Morinda citrifolia) dan Secang (Caesalpinia sappan), juga masih banyak tanaman lainnya yang tumbuh di bumi Indonesia.

Akhir bulan April 2021, Grup Astra melalui YPA-MD) melakukan penanaman ribuan pohon sebagai sumber zat pewarna alam di Desa Tegalrejo, Gedangsari, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang di hadiri oleh Wakil Bupati Gunungkidu,l Bapak DR.Drs. Immawan Wahyudi, MH. Penaman pohon di dusun Prengguk ini, dilaksanakan diatas lahan yang sdah disiapkan oleh desa. Pohon yang ditanam merupakan bibit pohon jati dan pohon mahoni yang dapat menjadi zat pewarna alam untuk batik.

Sejak Agustus 2017 lalu desa ini, diresmikan sebagai Rintisan Desa Wisata Budaya dalam acara “Pesona Gedangsari” oleh Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono X. Dengan harapan menjadi model pusat pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat melalui potensi desa wisata yang dipadukan dengan budaya berkolaborasi dengan paguyuban komite sekolah dan masyarakat yang ada di Desa Tegalrejo.

Pembentukan Rintisan desa wisata budaya ini merupakan wujud konkrit kepedulian Astra melalui YPA-MDR di Kabupaten Gunungkidul sejak 10 tahun yang lalu. Hal ini juga merupakan bentuk nyata bahwa dunia pendidikan mampu berperan dan berkontribusi pada pemberdayaan masyarakat Gedangsari, khususnya Desa Tegalrejo dimana terdapat dari 6 SDN, 1 SMPN, dan 1 SMKN Binaan Astra.

Hal ini selaras dengan komitmen Astra dalam program CSR pendidikan melalui YPA-MDR di semua area binaan di Indonesia adalah sekolah dengan konsep Sekolah Eskalator, yakni sekolah dengan pola pembinaan dan pendampingan yang berjenjang dan berkelanjutan yang dapat berdampak ekonomi kerakyatan untuk menuju desa sejahtera.

Salah satu potensi di Yogya yang secara umum diketahui masyarakat tentu saja adalah seni budaya dan batik. Para pembatik dilokasi ini yang sangat berkembang dan telah mendapat sertifikasi oleh Disnaker Yogyakarta, bahkan Kec. Gedangsari memiliki motif batik khas yang telah dipatenkan.

YPA-MDR melakukan pemberdayaan masyarakat melalui teaching factory yang melibatkan lulusan SMKN 2 Gedangsari. Hal ini didukung oleh komitmen YPA-MDR yang sejak tahun 2006 telah membantu meningkatkan pelestarian batik dengan menyiapkan fasilitas laboratorium mini zat pewarna alam di SMKN 2 Gedangsari yang bertujuan untuk menjadi tempat pelatihan para siswa dan masyarakat/UKM Batik agar dapat memproduksi sendiri zat pewarna alam tersebut.

Kegiatan membatik dengan zat pewarna alam merupakan penajaman konsep Astra bahwa dalam kegiatan usahanya harus ramah lingkungan. Penanaman pohon selain dalam upaya pelestarian lingkungan, sekaligus sebagai upaya penyediaan sumber zat warna alam yang mendukung perbatikan di Desa Tegalrejo.

Pilar Astra untuk Indonesia Cerdas

Seperti yang ditulis website resmi www.ypamdr-astra.com, Yayasan Pendidikan Astra Michael D. Ruslim (YPA-MDR) secara khusus dibentuk oleh PT Astra International Tbk untuk menjalankan program kontribusi sosial berkelanjutan pilar Astra untuk Indonesia Cerdas dengan tujuan meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia di wilayah prasejahtera.

Menjadi lembaga yang kredibel dan terkemuka dalam mewujudkan Sekolah Unggul di wilayah prasejahtera yang mampu mencetak Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas sebagai agen perubahan menuju masyarakat yang sejahtera
Membangun sinergitas antara sekolah binaan dengan pemangku kepentingan untuk terciptanya sekolah unggul dengan melaksanakan 4 pilar pembinaan yaitu Akademis, Karakter, Seni Budaya dan Kecakapan Hidup melalui konsep Sekolah Eskalator untuk mewujudkan sekolah unggul yang berdampak pada kesejahteraan masyarakat menuju Pride of the Nation dan outputnya melahirkan generasi muda yang mandiri dan peduli untuk membangun daerahnya sejalan dengan cita-cita PT Astra International Tbk untuk ‘Sejahtera Bersama Bangsa’.

Sejalan dengan cita-cita tersebut, Astra memberikan perhatian penuh terhadap kemajuan pendiidkan Indonesia khususnya wilayah prasejahtera. Hal ini bermula saat momen krisis yang terjadi di Asia pada tahun 1998 lalu, menimbulkan berbagai problematika sosial di Indonesia, seperti jumlah penduduk miskin bertambah, jutaan anak terancam putus sekolah, banyak sekolah tidak mampu membiayai operasional

Berdasarkan kondisi ini, secara tanggap Astra menyadari bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab bersama dan merupakan landasan menyiapkan generasi emas sebagai penentu masa depan bangsa. Untuk itu, melalui proses persiapan dan tujuan yang terukur, akhirnya pada 2005, Michael D. Ruslim yang merupakan Presiden Direktur Astra pada waktu itu, menginisiasi pembentukan program Bantuan Edukasi dan Transformasi bagi Anak dan Sekola (BERNAS) dan berjalan hingga saat ini menjadi lembaga Yayasan Pendidikan Astra – Michael D. Ruslim (YPA-MDR) yang berfokus pada peningkatan kualitas pendidikan Indonesia untuk wilayah prasejahtera.
YPA-MDR memberikan bantuan sarana dan prasarana sekolah hingga memenuhi Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan, antara lain membangunan dan renovasi gedung sekolah, pengadaan mebel, alat peraga dan kesenian, penyediaan Buku Pelajaran, penyediaan perlengkapan perpustakaan dan multimedia, pengadaan fasilitas Unit Kesehatan Sekolah (UKS) dan olahraga, penyediaan perlengkapan kelas dan penyedeiaan sarana air bersih.

” Yang membedakan kita dengan mereka yang tinggal di daerah adalah kesempatan. Indonesia akan maju dan berkembang bila penduduknya diberi kesempatan yang sama dalam mengenyam pendidikan yang baik ” demikian kutipan inspiratif Michael D. Ruslim – Inisiator Pendiri YPA-MDR. (Jeane Rondonuwu/foto dokumenYPA-MDR)

CATEGORIES
Share This