Labirin Perekonomian Sulawesi Utara, Bergerak Tumbuh di Tengah Ketidakpastian Global
DINAMIKA perekonomian dunia berubah dengan cepat bersamaan dengan meruncingnya ketegangan geopolitik dan perang. Kondisi ini terus memperburuk prospek ekonomi serta meningkatkan ketidakpastian pasar keuangan global. Konsistensi, inovasi dan sinergi dalam pengendalian Inflasi serta peningkatan pemberdayaan ekonomi menjadi tugas bersama untuk menavigasi labirin perekonomian Sulawesi Utara yang pada triwulan II tumbuh 5,13 persen (y-on-y), berada di atas pertumbuhan nasional yakni 5,05 persen (y-on-y).
Dua minggu masa penantian Yunita untuk membuka tutup cup yang melindung seribu bibit tanaman nilam di kebunnya, berlokasi di Desa Tontalete Rokrok, Minahasa Utara. ‘’ Kami telah memulai dengan berdoa kepada Tuhan yang Kuasa saat menanam. Saya yakin bibitnya pasti tumbuh dengan baik,’’kata Yunita yang mengaku penasaran juga saat akan membuka cup penutup bibit nilam.
‘’ Wah tumbuh, Puji Tuhan’’ katanya dengan wajah girang.
‘’ Ada juga yang mati , tapi tidak banyak,’’ ujarnya.
Yunita mengaku sangat bersemangat menanam nilam karena harganya yang mengiurkan. ‘’ Perkilo bisa mencapai Rp 1.600.000- 2.000.000,’’ kata Yunita, seorang ibu rumah tangga yang mencoba bertani nilam. Dia menggunakan jasa menanam nilam borongan dari Minahasa Selatan dan mengaku puas dengan hasilnya karena 90 persen bibit tumbuh dengan baik.
Hasrat Yunita, menanam nilam akan membantu perekonomian keluarganya. ‘’ Mendapatkan uang saat ini sangat susah dan usaha kami, perputaran modal tidak selancar waktu lalu,’’kata Yunita mencermati usaha suaminya di jasa digital printing dan sejumlah jasa lainnya.
Sulawesi Utara sejak 2019 sudah mulai menekuni tanaman nilam, tetapi fenomena beramai-ramai menanam nilam mulai merambah di tahun 2024. Walaupun harganya menggiurkan tetapi Pakar Ekonomi Vecky Masinambouw mengingatkan bahwa para petani nilam harus diedukasi mengenai prospeknya, baik jangka pendek, menengah dan jangka Panjang.
‘’Petani rasional pasti akan merespons pasar, kemudian didukung dengan kemampuan akses untuk memperoleh input. Dampak terhadap ekonomi daerah tentunya positif. Namun perlu diantisipasi agar tidak ada petani yang meniadakan tanaman lainnya karena menggebu-gebu dengan nilam,’’kata Masinambouw sambil menambahkan risiko harga masa ke depan perlu diperhatikan, karena hukum pasar yang dinamis.
‘’ Jangan sampai petani Cabe (rica), tomat dan bawang serta komoditi lain yang mendorong inflasi di Sulut beralih secara massal. Kita perlu melakukan antisipasi,’’ujarnya.
Di Minahasa Selatan (Minsel), Pemerintah Daerah sudah mendorong para petani nilam untuk mengembangkan usahanya karena secara umum 61,7% luas wilayah kabupaten Minsel merupakan areal pertanian dengan luas 89.923 hektar serta areal perkebunan dengan luas sebesar 46.400,97 hektar.
‘’Kiranya lahan pertanian yang ada dapat digunakan dengan baik, Pemkab Minsel tentunya hadir dalam memfasilitasi kebutuhan para petani. Dalam RKPD Tahun 2025 kami sudah menata anggaran pembelian alat penyulingan untuk nilam,” ungkap Bupati Franky Donny Wongkar saat menghadiri kegiatan panen perdana tanaman nilam, pembagian bibit nilam, dan penyerahan BLT DD Desa Poopo Utara secara simbolis di Perkebunan Pangian, Desa Poopo, Kecamatan Ranoyapo, Rabu (03/07/2024).
***
Ketidakpastian Ekonomi Global
KETIDAKPASTIAN pasar keuangan global mulai mereda dengan risiko yang masih tinggi sehingga ekonomi global pada 2024 diprakirakan tumbuh sebesar 3,2% dengan kecenderungan yang melambat. Ekonomi Amerika Serikat (AS) diprediksi mulai melambat di semester II 2024 seiring dengan penurunan permintaan domestik, kondisi ekonomi Tiongkok belum kuat, dan ekonomi Eropa terus membaik.
Hal ini menjadi pembahasan serius dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 20-21 Agustus 2024 dan memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate sebesar 6,25%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,50%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 7,00%.
Perlambatan ekonomi AS berdampak pada meningkatnya pengangguran dan menurunnya inflasi yang lebih cepat ke arah sasaran inflasi jangka panjang sebesar 2%. Perkembangan ini mendorong kuatnya ekspektasi penurunan Fed Funds Rate (FFR) yang lebih cepat dan lebih besar dari prakiraan.
Kondisi ini menyebabkan penurunan yield US Treasury (Yield Obligasi pemerintah AS) tenor 2 tahun, yang diikuti dengan penurunan yield US Treasury tenor 10 tahun, dan pelemahan dolar AS terhadap berbagai mata uang dunia. Perkembangan tersebut mendorong meningkatnya aliran masuk modal asing dan memperkuat mata uang negara berkembang, termasuk Indonesia.
Menurut analisis BI, ke depan, risiko terkait kekhawatiran resesi di AS dan dinamika geopolitik perlu terus dicermati. Kondisi ini memerlukan kehati-hatian dalam merumuskan respons kebijakan dari rambatan ketidakpastian global terhadap perekonomian domestik.
Perekonomian Sulawesi Utara Tumbuh 5,13 Persen
PEREKONOMIAN Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan sebesar 5,13 persen (y-on-y), berada di atas pertumbuhan nasional. Persentasi ini berdasarkan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku triwulan II-2024 mencapai Rp46,26 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp26,58 triliun.
Kepala BPS Provinsi Sulawesi Utara, Aidil Adha mengungkapkan dari sisi produksi, lapangan usaha Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 7,37 persen. Sementara dari sisi pengeluaran, komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 5,01 persen.
‘’Dari kuartal ke kuartal, ekonomi Sulawesi Utara triwulan II-2024 mengalami pertumbuhan sebesar 5,63 persen. Sisi produksi, pertumbuhan tertinggi terjadi pada lapangan usaha Transportasi dan Pergudangan sebesar 20,47 persen. Sementara dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi terjadi pada komponen Impor Barang dan Jasa sebesar 16,27 persen,’’kata Aidil Adha saat menyampaikan rilis BPS 5 Agustus 2025.
‘’Pada Juli 2024 terjadi inflasi year on year (y-on-y) Provinsi Sulawesi Utara sebesar 4,03 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 107,31. Inflasi tertinggi terjadi di Kabupaten Minahasa Selatan sebesar 6,68 persen dengan IHK sebesar 108,77 dan terendah terjadi di Kota Manado sebesar 2,65 persen dengan IHK sebesar 105,77,’’ ujarnya.
Ia menjelaskan, Nilai Tukar Petani (NTP) Sulawesi Utara pada bulan Juli 2024 naik 1,59 persen menjadi 114,82 dibandingkan dengan bulan Juni yang bernilai 113,02. Perubahan NTP dikarenakan nilai Indeks Harga yang diterima Petani (It) mengalami kenaikan sementara nilai Indeks Harga yang dibayar Petani (Ib) mengalami penurunan.
‘’Indeks Harga yang diterima Petani (It) naik sebesar 0,02 persen sementara Indeks Harga yang dibayar Petani (Ib) turun sebesar 1,55 persen,’’ujarnya.
Untuk perkembangan pariwisata, jumlah Wisatawan Mancanegara (Wisman) yang datang ke Sulawesi Utara melalui pintu masuk bandara Sam Ratulangi bulan Juni 2024 sebanyak 3.380 orang menurun 1,37 persen dibanding bulan Mei 2024 (M-to-M). Dibandingkan bulan Juni 2023, menurun 8,43 persen (Y-on-Y).
‘’Wisatawan Mancanegara didominasi oleh warga Tiongkok sebanyak 2.469 orang (73,05 persen), Singapura 207 orang (6,12 persen), Amerika 128 Orang (3,79 persen) dan Jerman 89 orang (2,63 persen).’’ kata Aidil.
Sementara itu nilai ekspor Provinsi Sulawesi Utara pada Juli 2024 tercatat sebesar US$ 81,94 juta sementara impornya senilai US$ 19,19 juta.
Komoditas ekspor terbesar pada Juli 2024 masih didominasi lemak dan minyak hewani/nabati (HS 15), senilai US$ 52,24 juta atau 63,75 persen dari total ekspor. Sedangkan untuk komoditas impor terbesar adalah bahan bakar mineral (HS 27), senilai US$ 9,84 juta atau 51,28 persen dari total impor.
Negara tujuan ekspor terbesar Provinsi Sulawesi Utara pada Juli 2024 adalah Belanda sebesar US$ 41,73 juta atau 50,93 persen dari total ekspor. Singapura menjadi negara asal impor terbesar pada bulan Juli 2024 yang mencapai US$ 9,98 juta atau sebesar 52,01 persen dari total impor.
***
Juli 2024, Belanja APBN Terealisasi 55,82% dari Pagu
KEPALA Kantor Wilayah DJPb Provinsi Sulawesi Utara Hari Utomo SE MM mengatakan, di tengah dinamika perekonomian global yang masih tinggi, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada kuartal II terjaga positif 5,13% didukung konsumsi yang terjaga kuat dan pertumbuhan investasi.
”Di samping itu, kinerja APBN hingga Juli 2024 on-track dengan Belanja Negara yang tumbuh cukup tinggi dan dijaga kualitasnya. Pemerintah terus mengoptimalkan peran APBN sebagai shock absorber atau countercyclical dalam melindungi masyarakat dan menjaga kestabilan perekonomian,”kata Hari melalui Bacirita APBN, 23 Agustus 2024.
Ia juga mengungkapkan realisasi penerimaan pajak di Sulawesi Utara sampai dengan akhir Juli 2024 adalah sebesar Rp2,14 triliun atau telah terealisasi sebesar 54,9% dari target penerimaan tahun 2024. Selain dari penerimaan pajak, salah satu sumber pendapatan APBN adalah dari pendapatan bea dan cukai dimana realisasi sampai dengan akhir Juli 2024, dilaporkan pendapatan bea dan cukai telah terealisasi sebesar Rp37,41 miliar.
Untuk periode bulan Juli 2024 penerimaan Cukai terealisasikan sebesar Rp1,94 miliar, dan Bea Masuk sebesar Rp4,27 miliar serta realisasi Bea Keluar sebesar Rp0,9 miliar.
Selain dari Perpajakan dan Bea Cukai, Pendapatan APBN lainnya adalah Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Capaian PNBP s.d 31 Juli 2024 adalah sebesar Rp755,06 miliar atau 62,4% dari target. Realisasi PNBP tumbuh 4,09% secara year on year dari periode yang sama tahun 2023.
Dari sisi Belanja APBN, telah terealisasi sebesar 55,82% dari pagu, tumbuh 13,51% dengan nilai sebesar Rp13,07 triliun. Dana Transfer ke Daerah, Belanja Pegawai dan Belanja barang menjadi komponen belanja terbesar yang ada. Belanja Pegawai telah terealisasikan 67,16% dari total pagu.
Sedangkan untuk realisasi Belanja Modal telah terealisasikan 38,99%. Sampai dengan akhir Juli ini, berdasarkan pelaksanaan APBN di Sulawesi Utara tercatat defisit sebesar Rp10,14 triliun.
Transfer Ke Daerah (TKD) sampai dengan akhir Juli 2024 telah disalurkan mencapai Rp7,75 triliun atau 57,7% dari pagu. Dari angka tersebut, DAU menempati porsi terbesar realisasi TKD di wilayah Sulawesi Utara dengan realisasi Rp5,56 triliun dan disusul DAK Non Fisik Rp881,8 miliar.
***
Kolaborasi dan Sinergitas
GUBERNUR Sulawesi Utara, Prof. DR (HC) Olly Dondokambey, SE bersama Deputi Gubernur Bank Indonesia,Filianingsih Hendarta secara resmi membuka kegiatan North Sulawesi Investment Forum (NSIF) dan Kawanua Digital Implementation (Digitation) 2024 dengan tema ‘Shaping North Sulawesi’s Tomorrow: Sustainable Investment and Digital Implementation’ Jumat (09/08/2024) di ballroom The Sentra Hotel Manado.
Kepala BI Sulut, Andry Prasmuko mengungkapkan penyelenggaraan NSIF dan Kawanua Digitation 2024 merupakan kolaborasi Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara dengan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Utara dalam kerangka regional investor relations unit (RIRU) yang bertujuan untuk terus mendorong promosi investasi proyek clean and clear, promosi ekspor UMKM, dan akselerasi digitalisasi di Sulawesi Utara.
‘’Penyelenggaraan NSIF merupakan kegiatan lanjutan dari North Sulawesi Investment Challenge (NSIC) yang telah dilaksanakan pada bulan Juli melalui serangkaian kegiatan yang meliputi identifikasi awal proyek, seleksi administratif dan substansi, dan kunjungan lapang ke lokasi proyek oleh dewan penilai yang terdiri atas Bappenas, Kementerian Investasi/BKPM, dan PT. Sarana Multi Infrastruktur (SMI),’’ kata Andry.
Ia menjelaskan, dari kegiatan tersebut diperoleh hasil penilaian dengan urutan peringkat teratas secara berturut-turut yaitu Kota Tomohon dengan proyek pengembangan Danau Linow, Kabupaten Minahasa dengan proyek pengembangan potensi pariwisata Pulau Likri, dan Kabupaten Bolaang Mongondow dengan proyek refused derived fuel (RDF).
Gubernur Sulawesi Utara Dr Olly Dondokambey Olly mengapresiasi Bank Indonesia (BI) yang konsisten mendukung investasi di Sulawesi Utara.”Termasuk bagi UMKM kita yang produknya semakin terstandarisasi sehingga bisa diekspor,” jelasnya sambil menambahkan iklim investasi di Sulawesi Utara sangat baik karena pertumbuhan ekonomi yang stabil.
Deputi Gubernur Bank Indonesia, Filianingsih Hendarta menyampaikan bahwa sinergi, komitmen, dan koordinasi seluruh pihak menjadi aspek penting untuk mengembakan perekonomian daerah.
‘’Kolaborasi Bank Indonesia dan Provinsi Sulawesi Utara yang telah terjalin kuat ini perlu terus diperkuat sehingga pada akhirnya akan membawa kebermanfaatan yang lebih luas bagi masyarakat khususnya melalui kegiatan promosi investasi, perdagangan, dan digitalisasi sistem pembayaran untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan mendukung visi Sulawesi Utara sebagai pintu gerbang Indonesia di Asia Pasifik,’’kata Filianingsih.
***
Prospek Perekonomian Daerah
MENGUTIP laporan Bank Indonesia Sulawesi Utara bulan Mei 2024 menyatakan bahwa tahun 2024, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara diprakirakan masih akan terjaga di atas 5%. Hal ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang baik dan global yang terkoreksi positif. Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara diprakirakan didorong oleh konsumsi domestik dan investasi. Hal ini sejalan dengan tingginya mobilitas masyarakat sebagai dampak pelaksanaan pemilu dan event internasional.
Selain itu, optimisme juga terlihat dari stabilnya pertumbuhan kredit baik rumah tangga maupun investasi. Adapun dari sisi lapangan usaha, ekonomi Sulawesi Utara akan didorong utamanya oleh lapangan usaha perdagangan, industri pengolahan, dan pertanian.
Sektor perdagangan akan kembali terdorong pada pelaksanaan pemilu di triwulan IV 2024. Adapun untuk industri pengolahan diprakirakan akan terdorong dengan membaiknya harga CNO dunia. Sedangkan untuk pertanian, meningkatnya ekspor komoditas unggulan merupakan determinan utama.
Sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi Sulut, BI Sulawesi Utara bersama Pemda melalui Regional Investor Relations Unit (RIRU) senantiasa bersinergi untuk mengakselerasi investasi dan ekspor. Selain itu, BI Sulut juga mendorong pemberdayaan petani melalui program Petani Unggulan Sulawesi Utara (PATUA) dan wirausahawan melalui program Wirausahawan Unggulan Sulawesi Utara (WANUA) dan Optimalisasi Ekonomi dan Keuangan Digital (EKD).
Dari sisi inflasi, Sulawesi Utara diprakirakan masih akan berada dalam rentang sasaran nasional yaitu 2,5%±1,0%, meskipun mengalami peningkatan sejalan dengan prakiraan pertumbuhan ekonomi. Tantangan utama inflasi terutama berasal dari komoditas pangan sejalan dengan potensi kurangnya pasokan akibat perubahan pola musim tanam sebagai dampak lanjutan El Nino dibandingkan tahun sebelumnya.
Selain itu, wabah African Swine Fever pada tahun 2023 juga masih memberikan dampak terbatasnya pasokan daging babi. Bank Indonesia bersama Pemda Sulawesi Utara melalui Tim Pengendalian Inflasi terus berupaya menjaga stabilitas harga melalui serangkaian kegiatan GNPIP, utamanya mendorong kerjasama antar daerah dan upaya-upaya peningkatan produktivitas komoditas strategis.
Local Expert Provinsi Sulawesi Utara Vecky AJ Masinambow mengatakan ketidakpastian ekonomi global tentunya mempengaruhi perekonomian nasional dan daerah. Kemudian dari sisi internal kita masih terkendala pada rendahnya rasio fiskal daerah dan kewirausahaan.
‘’ Peningkatan pertumbuhan ekonomi harus disertai dengan pemeratan pendapatan bagi setiap daerah. Meratanya pembangunan infrastruktur menjadi hal penting untuk memperlancar setiap aktivitas ekonomi di setiap daerah,’’kata Masinambow.
Ia juga mengingatkan tentang dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang menjadi penentu ruang investasi yang masih dalam proses penetapan. ‘’Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) di Provinsi Sulawesi Utara hingga saat ini belum tuntas,’’ujarnya.
Masinambow berharap pertumbuhan ekonomi Sulut berada diatas 5 % secara total di tahun 2024. Untuk itu hal penting yang perlu diantisipasi yakni tetap berupaya mendulang investasi (domestik dan asing), mengefektifkan APBD dan Lokus APBN serta menjaga tingkat inflasi.
‘’ Berkaitan dengan pendapatan daerah pemerintah harus berusaha meningkat PAD, efektifkan dana transfer, maksimalkan KUR, CSR dan pengembangan skema Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) atau Private Public Partnership (PPP), BGS (Bangun Guna Serah) dan kemitraan lainnya,’’jelasnya.
Perjalanan kehidupan dunia dan manusia yang dinamis, luas dan rumit menjadikan konsep labirin sebagai metafora yang mendalam. Pergerakan perekonomian juga mirip dengan labirin, dipenuhi dengan jalur yang kompleks, belokan tak terduga, dan kadang jalan buntu.
Dalam hal ini, pengambilan keputusan menjadi momen penting, di mana setiap pilihan membawa ke jalan baru yang sering kali tidak dapat diprediksi. Jika semua upaya kebijakan dilakukan dengan baik dan tepat sasaran maka diyakini akan mampu menavigasi labirin perekonomian Nyiur Melambai, Sulawesi Utara untuk masyarakat yang lebih sejahtera.(Jeane Rondonuwu)