Wilar: Jenis Kelamin Jangan Diganti-ganti

Wilar: Jenis Kelamin Jangan Diganti-ganti

SULUTDAILY || Airmadidi – Tidak ada perbedaan lainnya pada laki-laki perempuan namun demikian bukan berarti laki-laki bisa jadi perempuan dan perempuan bisa ganti kelamin menjadi-laki.

“Jangan ganti-ganti kelamin. Hidup itu harus jelas dan sudah jelas jenis kelamin yang ditentukan sejak lahir,” ungkap Drs Boaz Wilar MSi dari Pakar Kesetaraan Gender sebagai narasumber dalam kegiatan sosialisasi bertema “penguatan kelembagaan pengarusutamaan gender dan anak Kabupaten Minahasa Utara” yang diselenggarakan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Minahasa Utara (Dinas P3A Minut), Selasa (02/03/2019) di Aula Kantor Bapelitbang, Kawasan Perkantoran Pemkab Minut.

Ditegaskannya penting untuk memahami kesetaraan gender sebagai seorang manusia sosial. Ia mengungkapkan perbedaan perempuan dan laki-laki terdapat salam kodratnya. “Sifat kodrati perempuan mengandung anak, melahirkan, menyusui. Sifat kodrati laki-laki apa? ‘Menghamili’ perempuan? Memang perempuan sifat kodratinya yang paling jelas dan nyata bisa dilihat kasat mata,” ungkapnya disambut tawa peserta.

Dalam penyampaian materinya Wilar juga membahas tentang Komunitas LGBT yang makin viral. Menurutnya LGBT makin berkembang tergantung prespektif pada diri mereka sendiri. “Saat ini susah banyak kategori LGBT. Ada kelompok LGBT yang marah kalau dibilang gay atau lesbi mereka terkategori LGBT ‘A’ (Angry) dan lainnya,” jelas pria yang pernah melakukan berbagai advokasi korban pelecehan anak ini.

Willar menuturkan memang sulit untuk mewujudkan responsif gender namun demikian harus ada pihak yang menyosialisasikan tentang hal tersebut kepada semua lapisan masyarakat.

Sekda Minut, Kadis P3A Minut dan narasumber Drs Boaz Wilar MSi.

“Bicara soal gender tidak boleh memaksakan mengubah kultur atau budaya setempat. Bicara gender bicara kesepakatan. Misalnya kesepakatan perempuan memasak dan suami mencari uang untuk biaya hidup sehari-hari dengan bekerja, atau terjadi sebaliknya (perempuan bekerja dan laki-laki menjaga anak karena belum mendapat pekerjaan) karena situasi dan kondisi suatu keluarga. Intinya adalah gender melihat tatanan sosial, status sosial, kultur dan lainnya agar bisa diterima oleh masyarakat,” ujarnya.

Kepala Dinas P3A Minut, Ir Jofieta Supit Msi, mengatakan ada puluhan peserta sosialisasi kali ini dari lintas organisasi perangkat daerah (OPD), Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK), hingga Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) terkait di Kabupaten Minahasa Utara. Hadir juga membuka acara secara resmi Sekretaris Daerah (Sekda) Minut, Ir Jemmy Kuhu, MA. (yr).


CATEGORIES
TAGS
Share This