Trauma Saat Meliput Konflik, Mas Imam Menangis
SULUT DAILY|| Manado- Mengahiri materi tentang Liputan daerah konflik, Imam Wahyudi tiba tiba membuat para peserta menjadi terdiam. Bahkan beberapa diantaranya menjadi terharu. Suasana pelatihan yang tadi penuh tanya jawab tiba tiba berubah hening. Mas Imam (cara peserta menyapa Imam Wahyudi), sejenak terdiam, mengambil segelas air minum dan menyeka matanya dengan tissue diatas meja. Maaf, saya masih teringat peristiwa itu” sambil tersenyum dengan mata merah dan berkaca kaca. Salah seorang peserta Deasy Holung nyeletuk. “Mas Imam aja menangis. Bagaimana kalau perempuan yang meliput peristiwa itu?
Imam Wahyudi yang karir jurnalistiknya terasah di RCTI itu, menjadi pemateri pertama dalam pelatihan Khusus Wartawan Perempuan tentang Peliputan konflik. Wahyudi membagikan cara cara jurnalis perempuan dalam melakukan tugasnya di wilayah konflik. Setiap jurnalis wajib menggunakan pengaman dan mengikut SOP yang berlaku sebelum turun ke lokasi liputan konflik.
Diakhir sesi tanya jawab, seorang peserta dari TVRI Sulut, Debby Gultom mengajukan pertanyaan: “Mas Imam, apa yang akan dahulukan jika anda diperhadapkan dengan peristiwa berdarah? Menolong sang korban atau meliput mengabadikan moment?” Pertanyaan Debby langsung dijawab Imam berdasarkan sejumlah pengalamannya saat meliput di wilayah konflik. Pengalaman demi pengalaman secara ringkas dan cepat diceritakan.
Tiba saat Imam menceritakan pengalamannya saat meliput di Timor Leste, dimana ada seorang anak kecil menangis sambil berputar putar didepan jenasah ayahnya yang terkena tembakan. Sang kameramen spontan mengangkat kameranya ke langit karena reflek dan tidak tega mengambil gambar korban. Saat itu juga mas Imam terdiam. Matanya merah berkaca kaca dan meraih segelas air putih diatas meja. Imam, melanjutkan sedikit setelah mampu menenangkan kembali dirinya. Imam belum bisa melupakan kejadian yang terjadi lebih dari 10 tahun lalu itu.
Yang dia lakukan pertama kali dilakukan saat diperhadapkan dengan korban saat di Simpang KKA Lhok Seumawe adalah mencari ambulans. Imam bersama kamerawannya memilih untuk menolong terlebih dahulu ketimbang merekam korban yang terkapar tewas.
Setelah Imam Wahyudi. Pemred Antv, Zulfiani Lubis membagikan materi tentang Meliput Kejahatan Asusila, Melepas Asumsi dan Stigma. Zulfiani membagikan cara penulisan berita korban perkosaan dan pelaku kejahatan. Banyak dampak merugikan korban dan keluarga pelaku yang diakibatkan gara gara cara penulisan jurnalis yang meliput Kejahatan Asusila.
Diakhir workshop, Yosep Adi Prasetyo Ketua Komisi Hukum Dewan Pers membagikan materi “Meliput Bancana Alam”. Pelatihan yang berlangsung di Hotel Quality ini diikuti oleh 34 peserta yang terdiri dari jurnalis cetak, eletronik, siber dan siswa SMKN jurusan jurnalistik. (IJTI/JeT)
Trauma Saat Meliput Konflik, Mas Imam Menangis