September 2021, Tekanan Inflasi Manado dan Kotamobagu  Masih Menurun

September 2021, Tekanan Inflasi Manado dan Kotamobagu Masih Menurun

SULUTDAILY|| Manado- Indeks Harga Konsumen (IHK) di Kota Manado dan Kota Kotamobagu kembali mencatatkan penurunan pada bulan September 2021. IHK Kota Manado tercatat deflasi sebesar -0,31% (mtm), lebih dalam dibandingkan deflasi bulan sebelumnya sebesar -0,27% (mtm). Fenomena serupa juga terjadi di Kota Kotamobagu, dimana deflasi tercatat lebih dalam yaitu sebesar -0,79% (mtm) dari -0,09% (mtm) di bulan Agustus.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Sulawesi Utara Arbonas Hutabarat mengatakan secara tahunan, inflasi Manado tercatat sebesar 2,06% (yoy). “Sementara inflasi tahunan Kotamobagu per September 2021 sebesar 2,30% (yoy). Inflasi tahunan tersebut menandakan bahwa tingkat inflasi di kedua kota IHK masih terkendali pada rentang target inflasi nasional 3±1%
(yoy),” kata Arbonas dalam rilis BI Jumat (01/10/2021).

Di Kota Manado, Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau dan Kelompok Transportasi menjadi penyumbang utama tertahannya tekanan inflasi September 2021, dengan andil masing-masing sebesar -0,29% (mtm) dan -0,03% (mtm).

Pada Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau, cabai rawit (rica) merupakan komoditas penyumbang utama deflasi, dengan andil -0,32% (mtm). Disusul dengan komoditas perikanan (ikan cakalang dan ikan oci) dengan total andil -0,26% (mtm), serta bawang merah dengan andil -0,07% (mtm).

Berdasarkan Survei Pemantauan Harga (SPH) yang secara rutin dilakukan oleh Bank Indonesia, cukupnya pasokan komoditas rica dan bawang merah menyebabkan harga kedua komoditas tersebut mengalami penurunan. Normalisasi pengiriman rica dari daerah pemasok antara lain dari Gorontalo, Kabupaten Jeneponto Sulsel, Kabupaten Sigi Sulteng, dan Kabupaten Parigi Moutong Sulteng menyebabkan ketersediaan pasokan mampu memenuhi permintaan masyarakat yang belum sepenuhnya normal dalam kondisi pandemi dan pembatasan mobilitas.

Sementara itu, deflasi komoditas perikanan diperkirakan juga disebabkan oleh kondisi perairan Sulut yang kondusif sepanjang bulan September 2021 sehingga dapat menjaga pasokan tetap tersedia. Selanjutnya, penurunan tarif angkutan udara menjadi pendorong deflasi dari Kelompok Transportasi dengan andil sebesar -0,03%.

Tarif angkutan udara sempat turun di awal September walau kemudian kembali normal ditengarai karena adanya promo oleh beberapa maskapai. Namun, Kelompok Pakaian dan Alas Kaki mencatatkan andil inflasi walau tidak signifikan sehingga menahan penurunan tekanan inflasi terlalu dalam.

Sama halnya di Kotamobagu, Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau merupakan satu-satunya pendorong deflasi dengan andil sebesar -0,98% (mtm). Sementara 10 kelompok lainnya mencatatkan inflasi dengan total andil 0,19% (mtm). Rica, bawang merah, daun bawang, dan komoditas perikanan (tongkol dan malalugis) menjadi penyumbang utama deflasi di kota ini. Harga rica tercatat lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya dengan andil deflasi sebesar -0,39% (mtm).

Sementara bawang merah dan daun bawang masing-masing mencatatkan andil deflasi -0,17% (mtm) dan -0,15% (mtm). Sementara itu, komoditas ikan tongkol dan ikan malalugis berkontribusi sebesar total -0,22% (mtm) pada deflasi Kota Kotamobagu. Sejalan dengan kondisi pasokan di Kota Manado, kelancaran distribusi dan kondisi perairan yang kondusif merupakan faktor pasokan rica, bawang merah, dan perikanan tetap terjaga.

Menurut Arbonas, kelompok utama yang menahan penurunan tekanan inflasi Kotamobagu adalah Kelompok Penyediaan Makanan dan Minuman/Restoran dengan andil inflasi 0,10% (mtm). Perayaan hari raya pengucapan terutama di daerah sekitar Kotamobagu (Minahasa) ditengarai mendorong peningkatan permintaan terhadap beberapa komoditas terkait seperti kue kering berminyak yang memberikan andil inflasi tertinggi dengan andil 0,07% (mtm) dan nasi dengan lauk.

Sejalan dengan relaksasi pembatasan mobilitas di Sulawesi Utara dimana 11 kabupaten/kota termasuk Kota Manado yang saat ini telah berada pada PPKM Level 2, ditengarai akan mendorong peningkatan permintaan. Hal ini didukung dengan tingkat konfirmasi positif Covid-19 di Manado yang telah turun menjadi 20-50 per 100.000 penduduk per minggu.

“Relaksasi PPKM ini disinyalir akan meningkatkan mobilitas dan permintaan dari masyarakat, yang juga diperkuat dengan telah dimulainya periode persiapan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Natal dan Tahun Baru,” jelas Arbonas.

Selain dari sisi permintaan yang meningkat, ketersediaan pasokan terutama komoditas hortikultura berisiko mengalami penurunan akibat faktor cuaca, dimana berdasarkan prakiraan curah hujan sampai minggu kedua Oktober sebagian wilayah Sulut mengalami hujan kategori tinggi.

Demikian halnya dengan peningkatan risiko pasokan komoditas perikanan akibat fenomena global La Nina yang terjadi secara musiman menjelang akhir tahun, diprakirakan akan meningkatkan curah hujan dan kecepatan angin yang mempengaruhi potensi tingginya gelombang laut.

Potensi meningkatnya konsumsi masyarakat di tengah risiko berkurangnya pasokan dapat berdampak kepada peningkatan tekanan inflasi di Sulawesi Utara. Namun demikian, Bank Indonesia dan TPID Sulawesi Utara akan terus bersinergi untuk mengendalikan inflasi tahunan pada rentang sasaran 3±1%.

Menindaklanjuti hasil High Level Meeting TPID Prov. Sulut pada April 2021, telah dilakukan penjajakan kerja sama antar pelaku usaha di daerah Sulut dan Maluku Utara (Malut) pada tanggal 16 September 2021. Adapun komoditas yang diperdagangkan adalah hortikultura termasuk tomat yang merupakan komoditas inflasi. Hal ini merupakan tindak lanjut dari kesepakatan bersama antara Gubernur Sulut, Gubernur Gorontalo, dan Gubernur Malut pada tanggal 23 September 2020 yang lalu.

Di samping itu, menindaklanjuti arahan Presiden dan Menteri Koordinator Bidang Perkonomian dalam Rakornas Pengendalian Inflasi Nasional 2021, berbagai koordinasi dalam kerangka TPID juga telah dilakukan dengan salah satu fokus pada identifikasi Local Value Chain komoditas potensial di Sulut.

TPID Sulut telah menyelenggarakan rapat koordinasi pada tanggal 6 dan 20 September 2021, dengan harapan TPID juga mampu mendorong sektor produktif di samping menjaga inflasi tetap terkendali. Sebagai tindak lanjut, koordinasi dan sinergi seluruh dinas dan kementerian/lembaga terkait perlu selalu dioptimalkan, mengingat strategi 4K yang diusung oleh TPID memerlukan kerja sama yang saling berkelanjutan.

“Bank Indonesia dalam hal ini berkomitmen untuk memberikan update kajian perekonomian dan perkembangan inflasi kepada Pemerintah Daerah secara berkala, mempercepat digitalisasi ekonomi dan keuangan di Sulut, serta mendorong pemanfaatan teknologi digital bagi usaha-usaha lokal untuk menjaga roda perekonomian tetap tumbuh dengan aman di tengah kondisi pandemi,” tutupnya.(*Jr)

CATEGORIES
TAGS
Share This