Prinsip 4 K Dilakukan, BI Sulut Optimis Inflasi Terkendali
SULUTDAILY|| Manado- Kepala Perwakilan Bank Indonesi Provinsi Sulawesi Utara
Arbonas Hutabarat mengatakan memperhatikan perkembangan inflasi hingga bulan Oktober 2019, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara optimis bahwa tingkat inflasi Sulawesi Utara tahun 2019 masih dapat dikendalikan dalam rentang sasaran inflasi nasional 3,5±1% (yoy).
Kondisi tersebut dipengaruhi pergerakan harga tomat sayur yang cenderung berfluktuasi sepanjang tahun 2019. Deflasi harga tomat sayur selama tiga bulan berturut-turut pada Februari-April 2019, kembali terjadi pada periode Juli-September 2019.
” Sebaliknya dari pada perkembangan harga pada bulan Mei dan Juni 2019 yang mengalami kenaikan, dapat dilihat adanya risiko pembalikan harga (price reversal) tomat sayur pada bulan Oktober-Desember 2019, yang merupakan periode permintaan tinggi terhadap tomat di Sulawesi Utara,” ujar Arbonas.
Risiko pembalikan harga tersebut sudah terlihat pada data inflasi Oktober 2019, dimana tomat sayur kembali menjadi kontributor utama inflasi bulanan Sulawesi Utara. Berlanjutnya kenaikan harga setelah pembalikan harga ini berisiko berlanjut di bulan November dan Desember 2019.
Potensi berlanjutnya kenaikan harga dibulan November juga terlihat dari pantauan survey pemantauan harga Bank Indonesia, dimana harga tomat sayur di Minggu kelima Oktober sudah mulai bergerak ke level harga RP 8.000, masih berisiko untuk berlanjut.
“Mempertimbangkan potensi risiko dan besarnya kontribusi tomat sayur pada pembentukan inflasi Sulawesi Utara maka pergerakan harga tomat sayur perlu diwaspadai dan mendapat perhatian Iebih dari seluruh instasi/lembaga/dinas terkait, khususnya memasuki periode permintaan tinggi diakhir tahun,” jelas Arbonas.
BI Sulut berpendapat, untuk mengantisipasi tekanan inflasi dari pergerakan harga tomat sayur tersebut, perlu dirumuskan langkah-langkah dan strategi jangka pendek yang tepat, khususnya dalam menjaga ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi demi mendukung keterjangkauan harga di dua bulan terakhir tahun 2019.
Menilik perkembangan inflasi hingga bulan Oktober, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara memperkirakan bahwa tekanan inflasi Sulut pada bulan November 2019 cenderung tinggi.
Tekanan inflasi diperkirakan akan bersumber dari berlanjutnya kenaikan harga komoditas strategis Sulawesi Utara. Selain itu, faktor cuaca berisiko mempengaruhi produksi komoditas subkelompok bumbu-bumbuan. Namun demikian, normalisasi pasokan komoditas bumbu-bumbuan di luar pulau berpotensi mendorong penurunan harga melalui perdagangan antar daerah.
Upaya pengendalian inflasi Sulut akan terus dilakukan Bank Indonesia bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID), baik di tingkat Provinsi maupun Kab/Kota se-Sulut.
Prinsip 4 K (Ketersediaan Pasokan, Keterjangkauan Harga, Kelancaran Distribusi, Komunikasi Efektif) akan menjadi solusi untuk pengendalian harga melalui penguatan koordinasi dan upaya bersama lainnya dilakukan untuk menjaga ketersediaan pasokan melalui pelaksanaan operasi pasar dan pasar murah khususnya komoditas strategis
“Keterjangkauan harga harus tetap dijaga dan memastikan kelancaran distribusi melalui sidak pasar secara reguler dan pengelolaan ekspektasi masyarakat dengan perluasan akses informasi harga serta pasokan di pasar,” tambah Arbonas. (Jr)