
Lebaran Idul Adha Saat Pendemi Covid 19 Di Desa Ollot, Bolaang Mongondow Utara
SULUTDAILY, BOROKO – Suasana Lebaran Idul Adha tahun 2021 di Desa Ollot, Kecamatan Bolangitang Barat Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Propinsi Sulawesi Utara berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Tidak ada takbir keliling, tidak ada kegiatan wisata, dan tidak ada open house.
Satu-satunya momen meriah hanya saat pelaksaan shalat Idul Adha. Adanya imbaun pemerintah daerah, pemerintah kecamatan dan desa untuk tidak adanya Sholat Idul Adha di masjid membuat desa yang berpenduduk 967 jiwa pada tahun 2017 itu menjadi sepih gulanda. Jalanan desa menjadi sepi. Orang – orang hanya dirumah saja, tidak ada yang berkunjung ke rumah – rumah untuk maaf – maaf’an.
”Sepi, ya, baru pertama lihat desa ini begini,” kata Raka (23), seorang mahasiswa lulusan Universitas Palu, Senin (20/7/2021) sore, saat melintas jalanan desa yang berada dibagian selatan kabupaten paling utara propinsi yang dikenal dengan masakan bubur manado.
Desa Ollot merupakan sebuah daerah pedesaan yang dihuni oleh para masyarakat yang paling banyak profesinya petani. Hamparan sawah yang luas dan daerah perkebunan yang masih menghijau membuat daerah ini dikenal sebagai daerah lumbung beras dan kelapa dalam (kopra,red).
Desa ini berpendudul 967 jiwa berdasarkan data agregat Dinas Catatan Sipil dan Kependudukan tahun 2017 silam dengan jumlah laki – laki sebanyak 480 jiwa, sedangkan perempuan berjumlah 487 jiwa.
Raka mengatakan suasana lebaran Idul Adha tahun ini sangat berbeda dengan tahun sebelum pandemi Covid-19. Dulu, malam Lebaran meriah karena ada pawai takbir.
Setelah melaksanakan shalat Idul Adha dirumah bersama keluarganya, dia berkunjung ke rumah kerabat. Namun, dia tetap menggunakan masker. Setelah itu biasanya ia ke masjid untuk mengambil daging kurban. Setelah menukar kupon dengan daging kurban, dia langsung pulang. Belakangan dia membatasi diri berada di luar rumah untuk mencegah potensi terpapar Covid-19.
Pemerintah daerah Bolaang Mongondow Utara melarang pelaksanaan takbir keliling untuk mencegah penyebaran Covid-19. Bupati dan Wakil Bupati Bolaang Mongondow Utara juga tidak menggelar open house untuk warga. Tempat wisata juga banyak yang tutup.
Kepala Dinas Kesehatan Bolaang Mongondow Utara dr. Jusnan Mokoginta, MARS menuturkan, pembatasan kegiatan selama Idul Adha untuk mencegah penyebaran Covid-19.
” Untuk menjaga penyebaran kasus baru Covid – 19, jangan sampai setelah Idul Adha kasus naik lagi,” kata Mokoginta.
Hingga Sabtu (24/7/2021) jumlah warga Bolaang Mongondow Utara yang terpapar Covid-19 sebanyak 219 orang, sebanyak 4 orang meninggal dunia, 128 orang berhasil sembuh dan 87 orang dalam perawatan.
Mokoginta mengatakan tingkat kepatuhan warga Bolaang Mongondow Utara menggunakan masker cukup tinggi mencapai 90,01 persen. Sedangkan kepatuhan menjaga jarak 95,45 persen.
Meski demikian, masih mudah ditemui warga yang tidak pakai masker, terutama pengunjung warung kopi. Saat minum kopi tentu saja mereka harus membuka masker. Tradisi itu tidak hilang selama pandemi karena orang Bolaang Mongondow Utara punya kebiasaan duduk ngobrol berjam-jam di warung kopi. Nyaris setiap sudut kota terdapat warung kopi.
Namun, selama pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), warung kopi tutup lebih cepat. Jika biasanya tutup pukul 12.00 malam, kini pukul 20.30 sudah tutup. Akan tetapi, ada juga satu-dua yang nekat buka di atas jam tersebut. Akibatnya, mereka kena sanksi, warung disegel oleh petugas. (ricky)