Echa Ponamon dan Micklin Legi Perkenalkan Tari Kabasaran di Tanah Sumbawa NTB
SUMBAWA|| Sulutdaily – Fanezha ‘Echa’ Panamon dan Micklin Gracio Legi adalah contoh remaja kreatif yang mampu memperkenalkan kekayaan seni daerah asalnya Manado, Provinsi Sulawesi Utara. Kedua pelajar kelas 7 SMP Negeri 1 Maluk berlokasi di Desa Maluk, Kacamatan Maluk, Kabupaten Sumbawa barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTB) sangat menonjol ketika mengikuti pawai dalam rangka peringatan HUT ke-74 Republik Indonesia, Senin (19/08/2019).
Dari video yang diunggah Dewi Ponamon, ibunda Echa, nampak para penonton dan peserta lainnya terpukau menyaksikan atraksi ‘tarian kabasaran’. Setiap jalan yang dilewati menjadi heboh karena penampilan mereka dengan seragam khas ‘tari kabasaran’ berwarna merah dengan baju rumbai-rumbai dan topi artistik. Selain itu, gerakan yang sama sambil mengayun-ayunkan sebilah parang dan pekik suara dengan khas bahasa daerah suku Minahasa menambah semarak penampilan kedua anak rantau ini.
Dewi ibunda Echa mengiringi Echa dan Gracio sepanjang jalan sesuai rute ‘pawai 17 Agustus’ itu dengan tabuhan gendang selayaknya penampilan tarian kabasaran yang menguasai area. “Saya sangat senang walau di tanah rantau tapi pawai budaya ini membuat kami bisa memperkenalkan seni dan budaya positif dari Manado hingga daerah Sumbawa,” ungkapnya, Jumat (22/08/2019).
Rasa bangga perempuan berdarah Minahasa Mongondow makin bertambah ketika besoknya, tim ‘tari kabasaran’ suaminya Chenly Kandow bersama Fanny Kapugu, Niksen Walalayo meraih juara 2 dalam festival adat, seni dan budaya masih dalam rangka memeriahkan HUT ke-74 RI pada Rabu, (20/08/2019).
Mereka membawa nama organisasi Kerukunan Keluarga Kawanua (KKK) di Batu Hijau, Sumbawa Barat, NTB. Niksen Walalayo sebenarnya berasal dari Ambon namun ia sangat senang bisa ikut tim tari kabasaran yang otomatis membuatnya kenal budaya dari Provinsi Sulawesi Utara yang memiliki banyak kesamaan seni dan budaya dengan daerahnya.
Terpisah, Bapak Jumari Kepala Dusun Maluk menuturkan acara tersebut semacam festival seni dan budaya. Jadi, samua suku yang ada di Sumbawa Barat khususnya Desa Maluk membawakan pertunjukan adat budaya daerah masing-masing.
“Masyarakat yang hadir sangat puas, terhibur dan tak berhenti terpukau karena baru pertama kalinya ‘Tari Kabasaran’ ditampilkan. Biasanya hanya ada tarian seperti itu di acara-acara internal kawanua namun sekarang semua mata, semua orang bisa menyaksikan ciri khas tarian khas tarian perang itu,” katanya. (*/yr)