BI Sulut Segera Fasilitasi Pertemuan B2B Investor Pariwisata
Workshop ‘Pengembangan Wisata Selam di Manado dan Sekitarnya’ Hasilkan 7 Point Rekomendasi dan Rencana Aksi
SULUTDAILY|| Manado- Kehadiran Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sulut Arbonas Hutabarat di acara Workshop ‘Pengembangan Wisata Selam di Manado dan Sekitarnya’ Senin (20/05/2019) di CTI Centre Manado langsung menghasilkan sebuah rencana aksi pertama dan penting untuk pengembangan Pariwisata di Sulut.
Kepala BI Sulut Arbonas Hutabarat berpendapat, sektor pariwisata merupakan salah satu cara tercepat dan terbaik untuk mempercepat pemasukan devisa negara.Bank Indonesia Sulut siap untuk diajak berkolaborasi dalam pengembangan wisata bahari di daerah Nyiur Melambai ini.
” Kami siap bekerjasama dengan Kementerian Pariwisata RI untuk memfasilitasi pertemuan B2B (Business-to-business) sebagai wadah komunikasi bisnis antara para investor dan Pemerintah Daerah,” kata Arbonas bersemangat.
Rekomendasi kedua yakni Tahun 2018, Taman Nasional Bunaken bersama dengan Fakultas Kelautan dari IPB dan Unstrat Manado telah melakukan research mengenai daya dukung dan daya tampung untuk aktivitas snorkeling dan penyelaman tersebar di perairan di 5 pulau.
Kelima wilayah tersebut memiliki kapasitas masing-masing; akan tetapi saat ini, wisata snorkeling dan selam baru terpusat di Bunaken saja. Untuk itu, Taman Nasional Bunaken segera melakukan sosialisasi terhadap hasil research tersebut kepada pelaku industri pariwisata sehingga dapat ‘mengatur’ kunjungan dari wisatawan berdasarkan daya dukung tersebut
Ketiga, terdapat usulan untuk menambah penerbangan direct dari Jepang ke Manado. Hal ini akan berpotensi untuk mengambil pasar Jepang dan AS (west coast). Terkait hal ini, l Pemprov Sulawesi Utara berinisiatif menyurat kepada Kementerian Perhubungan dan Kemenko Maritim, Kementerian Pariwisata dan Angkasa Pura 1.
Keempat, pusat pengembangan wisata bahari di Sulut sebaiknya tidak hanya terpusat di Manado saja; masih terdapat wilayah lain seperti Minahasa Utara yang memiliki keindahan bawah laut yang juga luar biasa dan berpotensi besar untuk dikembangkan menjadi the next Manado.
Untuk itu, Pemprov Sulut diminta melakukan pemetaan potensi wisata, tak hanya di Manado dan mengalokasikan pendanaan untuk wilayah-wilayah lain selain Manado
Kelima, terdapat indikasi bahwa behavior dari wisatawan saat snorkeling dan diving dapat mengancam sustainability dari lingkungan. Sebagai contoh: profil wisata selam di Manado adalah wall atau dinding curam yang sebenarnya kurang cocok untuk diselami oleh penyelam pemula.
Berdasarkan kasus ini, diperlukan SOP atau code of conduct yang mengatur wisatawan saat melakukan aktivitas wisata agar tidak merusak kehidupan bawah laut. Pihak Taman Nasional, industri, serta pemerintah berdiskusi mengenai code of conduct wisatawan selam dan mensosialisasikannya kepada wisatawan.
Keenam, MoU antara Pemprov. Sulut dan
Dirjen KSDAE (PKS 2/KSDAE/SET/KUM.3/1/2018 dan Nomor 180/3/01/I/NK/2018 tentang Penguatan Fungsi Beru Dukungan Penyelenggaraan Kawasan TN Bunaken di mana Balai TN Bunaken telah menjabarkan dalam bentuk PKS dengan dinas terkait Provinsi Sulut dan Kab/Kota.
Namun, perlu dukungan biaya untuk implementasi isi MoU dan PKS tersebut. Pemerintah pusat didorong untuk mendukung pembiayaan pelaksanaan kegiatan dan sarana prasarana
sebagaimana dimaksud dalam MoU/PKS
yang secara lebih rinci diangkat oleh Balai TN Bunaken.
Ketujuh, pemanfaatan Gedung CTI sebagai destinasi wisata. Pihak CTI memberikan kesempatan kepada pelaku wisata Selam, LSM, untuk menggunakan gedung CTI untuk kegiatan yang terkait dengan pengembangan wisata bahari . Sehingga Gedung CTI akan menjadi sebuah destinasi wisata karena memiliki sejarah World Ocean Conference (WOC) yang mempertemukan 48 negara dan menghasilkan Manado Ocean Declaration, CTI Summit yang dihadiri oleh 6 presiden, serta Sail Bunaken di 2009 yang memecahkan 2 rekor dunia (Guiness Book of Record).
Terkait rekor dunia (Guiness Book of Record) tersebut diminta pemerintah segera membuat sebuah monumen dilokasi penyelaman di Malalayang.
Diakhir pembacaan rekomendasi dan rencana aksi, forum workshop meminta para pihak terkait dapat terus berkoordinasi dalam menindaklanjuti hasil workshop terkait kegiatan ini agar dapat mencapai target yang diharapkan.
Workshop ini menghadirkan narasumber Dr. Ir. Dwisuryo Indroyono Soesilo, M.Sc. selaku Penasehat Kehormatan Menteri Pariwisata RI / Ketua Tim Percepatan Pengembangan Wisata Bahari, Interim Executive Director CTI-CFF Regional Secretariat Dr. Hendra Yusran Siry, S. Pi., M. Sc, Kepala Balai Taman Nasional Bunaken Dr. Farianna Prabandari, S. Hut., M.Si dan Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Utara Daniel Mewengkang. ( Jr)