BI Sulut Beber 4 Tantangan Utama KEK di Sulampua
SULUTDAILY|| Manado- Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Andry Prasmuko mengatakan secara spasial, pertumbuhan ekonomi di wilayah Sulawesi, Maluku, dan Papua (Sulampua) tercatat 5,54% (yoy) pada triwulan I 2023, lebih tinggi dibandingkan nasional.
“Pencapaian tersebut didorong oleh perbaikan konsumsi rumah tangga dan kinerja industri pengolahan, khususnya hilirisasi nikel yang menjadi sumber pertumbuhan baru di Indonesia,” kata Andry saat menyampaikan sambutan di acara seminar Penguatan KEK dengan tema “Strategi Akselerasi Dan Optimalisasi Kawasan Ekonomi Khusus Sebagai Sumber Pertumbuhan Ekonomi Baru di Sulampua” di Hotel Four Points by Sheraton Manado, Rabu (07/06/2023).
Menurut Andry, meski demikian, struktur perekonomian nasional saat ini masih dikontribusikan Pulau Jawa yang memberikan sumbangan Produk Domestik Bruto (PDB) hingga 57,17%; sementara Sulampua tercatat hanya sebesar 9,33%.
“Merespons hal dimaksud, Pemerintah Pusat saat ini aktif mendorong Pemerintah Daerah dalam penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi baru, salah satunya melalui pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK),” ujarnya.
Bagi BI, KEK merupakan program untuk pengembangan ekonomi kewilayahan dengan model terobosan pusat ekonomi baru karena dapat diinisiasi oleh swasta. KEK adalah quick wins untuk meningkatkan investasi dan kemudahan berusaha dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja.
Melalui KEK, pemerintah memberikan banyak fasilitas dan kemudahan di wilayah KEK diantaranya dukungan infrastruktur, kemudahan perizinan berusaha, pertanahan dan tata ruang, serta insentif perpajakan, kepabeanan dan cukai.
KEK di Sulampua
Hingga tahun 2023, terdapat 20 KEK di Indonesia yang statusnya telah beroperasi maupun dalam tahap pembangunan. Dari jumlah tersebut, 5 (lima) KEK di antaranya berada di wilayah Sulampua yang terdiri dari 3 (tiga) KEK Industri yaitu KEK Palu, KEK Bitung dan KEK Sorong serta 2 (dua) KEK Pariwisata yaitu KEK Likupang dan KEK Morotai.
Dari kelima KEK tersebut, potensi nilai investasi di Sulampua diperkirakan mencapai Rp 193 triliun dan diproyeksikan menyerap tenaga kerja sebanyak 243 ribu jiwa. Apabila hal ini dapat terealisasi maka pertumbuhan ekonomi Sulampua akan lebih baik.
Dikatakan Andry, pengembangan KEK akan memberikan multiplier effect terhadap perekonomian daerah, antara lain :
Pertama, peningkatan infrastruktur dasar seperti pembangunan akses jalan, penyediaan air bersih, pembangunan sarana/prasarana TI serta pembangunan jaringan listrik; (
Kedua, peningkatan aktivitas perdagangan, jasa, dan akomodasi di sekitar kawasan;
Ketiga, penyerapan tenaga kerja lokal; Keempat, peningkatan jumlah wisatawan untuk pengembangan KEK pariwisata.
Bagi BI, terdapat 4 tantangan utama dalam pengembangan KEK diantaranya penyediaan lahan, penyediaan pendanaan/pembiayaan pembangunan, rencana bisnis yang belum optimal dalam menarik minat investor, dan pemanfaatan fasilitas fiskal di wilayah KEK.
Untuk memaksimalkan multiplier effect tersebut, dibutuhkan dukungan dari banyak pihak yaitu Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Investor, Asosiasi Pelaku Usaha, Akademisi dan Masyarakat. Pada tahun 2021, realisasi investasi dan tenaga kerja KEK Sulampua masih berada di bawah KEK lainnya. (Jr)