Warga SULUT Kecewa, Kami Butuh Listrik, PLN

Warga SULUT Kecewa, Kami Butuh Listrik, PLN

SULUTDAILY || Manado, Sambil duduk di ruang keluarga, Ari dan Leni duduk bercengkrama. Suhu udara siang itu sangat panas. Kipas angin yang dipasang cukup membantu menyejukkan ruangan.

Namun, karena aliran listrik di rumah mereka padam, tidak semua lampu di rumah mereka menyala. Hanya sebagian ruangan yang diterangi cahaya lampu, sedangkan ruangan lainnya dipenuhi kegelapan.

“Daya genset cuma 1.000 Watt, sedangkan minimal kami butuh 1.300 Watt untuk menghidupkan samua lampu,” kata Ari yang ditemui Tribun Manado di kediamannya di Jalan Bailang, Kelurahan Bailang, Kecamatan Bunaken, Minggu (26/10/2014).

Sudah sejak pagi, sekitar pukul 09.00 Wita, aliran listrik di rumah mereka padam. Perawatan yang dilakukan kepada istrinya yang sedang berada dalam kondisi fisik yang lemah juga terganggu. Bunyi genset yang cukup ribut membuat Leni, istrinya, tidak bisa beristirahat dengan tenang. “Sehari bisa dua kali mati lampu,” ujar pria 72 tahun ini.

Aktivitas harian seperti mencuci pakaian juga terganggu. Dia terpaksa menunggu listrik menyala untuk dapat mencuci pakaian. “Kadang-kadang baju kotor tertumpuk. Yang seharusnya sudah bisa dicuci, tapi karena mati lampu mesin cuci tidak bisa dioperasikan,” jelasnya.

Kondisi ini tak jauh berbeda dengan yang dialami Mulyati Rendeo. Warga Kombos Barat tersebut mengaku gelisah setiap hari karena aliran listrik padam hingga lima jam. “Semua aktivitas rumah tangga kan serba listrik. Gimana semua bisa selesai kalau begini terus?” ungkapnya.

Selain pekerjaan sehari-hari, listrik padam juga mengganggu suasana ibadah. “Tadi pagi sekitar pukul 11.00 aliran listrik kembali padam. Untung sudah selesai ibadah. Kalau sementara membaca Alkitab, suasana ibadah langsung kacau,” ujar Mulyati.

Bahkan ada barang elektroniknya yang rusak akibat pemadaman listrik. “Kulkas saya rusak gara-gara sering mati listrik. Kan tidak tentu matinya kapan, menyala kapan. Apalagi sering lupa cabut kabelnya jika lampu mati,” katanya.

Baik Ari maupun Mulyati berharap krisis listrik yang selama ini mereka rasakan berakhir. PLN sebagai lembaga pelayan publik harus mencari solusi agar listrik tidak sering padam. “PLN tepati janjilah. Segera carikan solusi untuk masalah ini,” kata Mulyati.

“Kalau datang menagih mereka semangat sekali dan kami tidak boleh terlambat sehari saja karena langsung kena denda. Tapi giliran mereka melayani, sangat mengecewakan. Harusnya mereka tunjukkan pelayanan yang prima,” ujar Melky, warga Tuminting, yang juga mengeluh karena banyak aktivitas yang mendesak dilaksanakan di rumah terpaksa tak bisa ia laksanakan.

Butuh air es

Keluhan tidak hanya dirasakan warga Kota Manado. Sinusung Potabuga, warga Kelurahan Mongkonai Lingkungan 2, Kecamatan Kotamobagu Barat, merasa kebiasaannya minum air es terganggu.

Ditemui di kediamannya saat listrik sedang padam sekitar pukul 16.00 Minggu kemarin, Mama Meti, demikian ia disapa, mengaku merasa tidak puas jika tidak minum air es. “Kalau hanya air minum biasa, ada rasa tidak puas,” ujar dia.

Perempuan 69 tahun ini mengatakan, setiap hari listrik padam hingga berjam-jam. “Kalau pagi sekitar pukul 08.00, sampai sekitar pukul 18.00. Kalau malam dari pukul 18.00 sampai pagi. Itu terjadi selalu gantian setiap hari, kadang malam, kadang siang,” ujarnya.

Di rumahnya, tugas sudah dibagi. Untuk memasak nasi dilakukan anaknya, Meti. “Untuk mengantisipasi lampu padam, saya masih pagi sebelum listrik padam sudah memasak nasi di rice cooker. Untuk memasak yang kedua kalinya, saya tunggu lampu menyala, tidak mau memasak di kompor, lelah menunggu. Kalau siang hari tak ada yang dapat saya lakukan kecuali tidur, itu pun kepanasan karena kipas angin tidak nyala,” ujar Meti.

Untuk penerangan saat lampu padam pada malam hari, mereka punya alat tradisional, yaitu paramada. Terbuat dari bahan seperti seng plat berukuran 10×10 sentimeter, bersumbu 10 sentimeter, dan berbahan bakar minyak goreng. “Dengan paramada, kita bisa menghemat uang, dan baunya tidak menyengat seperti pakai minyak tanah. Mama saya yang membuatnya sendiri,” ujar Meti.

Kurang memuaskan

General Manager PT PLN Suluttenggo Santoso Januwarsono melalui Deputy Manager Hukum dan Humas Lefrand Maleke mengungkapkan permintaan maaf pihaknya karena sepanjang tahun ini pelayanan PLN kurang memuaskan.

Kata dia, setiap terjadi gangguan listrik, PLN terus berusaha mengatasi gangguan-gangguan, terutama gangguan pembangkit dan pemeliharaan mesin pembangkit. Usaha-usaha itu PLN lakukan supaya sistem bisa normal kembali.

“PLN selalu mencari solusi jika terjadi gangguan atau kerusakan. Kami melakukan pressure pada pelaksanaan pemeliharaan agar cepat terlaksana, cepat selesai. Kami berusaha mem-pressure pembangkit-pembangkit yang dalam pembangunan sekarang, seperti di PLTU Anggrek di Gorontalo, juga mem-pressure Pertamina agar menambah atau mengusahakan supaya suplai uap itu bisa sesuai dengan kontrak. Kami juga mempercepat pelaksanaan pemeliharaan untuk PLTU Amurang Unit I,” jelas Maleke terkait kondisi kelistrikan saat ini.

Ia menyebut, kerusakan pada mesin dan perbaikan pada gangguan disesuaikan dengan material yang rusak. Pihaknya berusaha mengganti peralatan yang rusak dengan yang baru.

Mengenai pemadaman bergilir yang saat ini terjadi, ia menyebut semua pembangkit tenaga air tidak jalan. “Air dari Danau Tondano melalui DAS Tondano tidak bisa menggerakkan turbin lagi, karena sudah surut, seperti PLTA Tonsea Lama, PLTA tanggari I dan PLTA tanggari II.” tukasnya.

Selain itu, PLTM Lobong di Bolmong juga tidak bisa beroperasi. Pembangkit listrik di Mobuya yang kemampuannya bisa 3.000 Watt atau 3 mega, sekarang hanya bisa 800 Kilowatt.

“1×24 jam PLN terus berusaha dan bekerja. Keinginan PLN dan keinginan masyarakat agar kedepan tidak ada pemadaman lagi,” tekannya.

Jika sebelumnya PLN berjanji awal Oktober tidak ada lagi pemadaman listrik tapi hingga sekarang masih terjadi, Maleke menyebut pihaknya tidak bisa memprediksi gangguan terhadap mesin. “Namanya kan sistem. Prediksi pada awal Oktober tidak ada pemadaman lagi, tapi ketika pada waktunya ada mesin yang rontok atau gangguan, itu tidak bisa di hindari, dan kami harus perbaiki lagi,” tutup Maleke.(tiw/tos/dik/fer/tribun/sd)

CATEGORIES
TAGS
Share This