
Stunting, Anemia Defisiensi Besi dan TBC, Persoalan Gizi Generasi Emas
Bincang Buku Sehat Setengah Hati, Karya dr. Ray Wagiu Basrowi
SULUTDAILY|| Manado- Buku berjudul Sehat Setengah Hati yang ditulis dr. Ray Wagiu Basrowi merupakan sebuah refleksi tajam bagi diri sendiri untuk merawat tubuh dengan sepenuh hati tanpa harus menunda dalam bertindak, karena harus disadari daya tahan tubuh manusia terbatas oleh waktu dan akan segera habis.
Dalam acara Bincang Buku Sehat Setengah Hati yang digelar di Toko Buku Gramedia, Kamis (31/07/2025), dr Ray Wagiu mengungkapkan di tahun 2045, pemerintah akan mewujudkan visi Indonesia Emas dengan pertumbuhan ekonomi yang kuat, pemerataan pembangunan, peningkatan sumber daya manusia, dan kedaulatan teknologi yang mandiri.

‘’Namun, bagaimana dengan kesehatan generasi kita saat ini? Faktanya kondisi kesehatan anak Indonesia sangat memprihatinkan. Dari hasil penelitian, 3 dari 10 balita adalah stunting, 2 dari 5 balita dan remaja putri anemia defisiensi besi dan 4 dari 10 remaja TBC,’’ ungkap dr Ray, alumni Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.
Hal ini menurut dr Ray, terkait dengan skor PISA anak Indonesia. Programme for International Student Assessment (PISA), sebuah program internasional untuk mengukur kemampuan dan pencapaian pelajar dalam bidang pendidikan secara global. Data tahun 2022 menempatkan Indonesia berada pada peringkat ke-69 dari 80 negara peserta global, dan posisi ke-6 di ASEAN.
‘’Skor PISA tahun 2025 menjadi indikator penting yang mencerminkan kemajuan dan upaya perbaikan dalam sistem pendidikan nasional yang harus terus didorong agar dapat bersaing secara global dan mewujudkan Visi Indonesia Emas 2045,’’jelas dr Ray sambil berharap pemerintah serius peduli dengan gizi generasi emas.
Ray Wagiu Basrowi adalah dokter, peneliti, dan praktisi di bidang kedokteran kerja serta kedokteran komunitas. Mantan Jurnalis smart FM dan TVRI Manado ini, meraih gelar Doktor dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dengan penelitian tentang promosi laktasi bagi pekerja perempuan. Pada 2019, Dr Ray mendirikan Health Collaborative Center (HCC) untuk penelitian, publikasi, dan promosi kesehatan komunitas, dengan lebih dari 100 artikel ilmiah serta 20 studi perilaku kesehatan yang telah dipublikasikan.
Dalam bukunya Sehat Setengah Hari, beliau menggunakan lensa Health Belief Model untuk mengajak kita menyelami bagaimana keyakinan dan persepsi membentuk pola hidup . Dari rasa kebal semu terhadap penyakit (perceived susceptibility), kecenderungan menyepelekan ancaman kesehatan (perceived severity), hingga ilusi bahwa perubahan itu sulit dan penuh hambatan (perceived barriers), kita sering kali menjadi korban dari cara pikir kita sendiri.

‘’Tidak ada manusia yang benar-benar tak peduli dengan kesehatannya, yang ada hanyalah mereka yang terlalu lama terjebak dalam kebiasaan menunda,’’ujarnya.
Lebih dari sekadar kritik sosial, Sehat Setengah Hati adalah ajakan bagi kita untuk kembali mencintai tubuh dengan kesadaran penuh—bukan dengan ketakutan akan penyakit, tetapi dengan rasa syukur karena diberi kesempatan untuk menjaga kehidupan.
‘’ Sehat bukan sekadar kondisi fisik, tetapi juga kebebasan untuk bermimpi, bergerak, dan menikmati hidup tanpa batasan,’’kata dr Ray sambil menambahkan buku ini bisa dibeli di Toko Buku Gramedia.
Peserta Bincang Buku Sehat Setengah Hati sangat antusias mengikuti pemaparan dr Ray dan semakin berbobot dengan diutarakannya sejumlah pertayaan, kemudian dijawab dengan ringan dan santai. Rasa penasaran peserta terjawab ketika mereka membeli buku tersebut dan meminta tanda tangan penulis.
Sebelumnya, pagi tadi dr Ray mengunjungi SMA 9 Negeri Manado untuk melakukan bincang buku kepada ratusan siswa-siswi di sekolah Binsus tersebut (Jr)