Prof Londa : Manado Perlu Mencontoh Pengelolaan Sampah di Jepang

SULUTDAILY ll Manado-PENGELOLAAN sampah di Kota Manado yang semakin kompleks keberadaannya perlu solusi terbaik.

Menurut akademisi Universitas Negeri Manado (Unima) yang lebih dikenal sebagai pemerhati lingkungan Prof Dr Treesje Londa MSi, dalam kondisi seperti sekarang ini, tak ada salahnya jika Kota Manado meniru maupun mengadopsi pengelolaan dari negara Jepang.

“Sebagai bentuk kepedulian kami telah melakukan studi orientasi pengelolaan sampah di Negeri Sakura Jepang pada tanggal 21-25 April 2017,” katanya kepada Sulut Daily, Kamis (27/04/2017).

Menurut Prof Londa, pengelolaan sampah yang diterapkan di setiap negara berbeda-beda. Namun apa yang baik itu perlu dicontohi dan selanjutnya diterapkan dalam rangka minimalisasi sampah atau yang paling baik adalah zero waste.

Karenanya, demi  untuk kepentingan kebersihan Kota Manado, tim pemerhati lingkungan yang terdiri dari Prof Dr Treesje Londa MSi didampingi Prof Dr dr Grace Kandou MSi dan Prof Dr Janny Kusen MSc baru-baru ini mencoba untuk belajar di beberapa tempat di Negeri Sakura Jepang.

“Sebutkanlah satu lingkungan kecil di Saitama Pref Kawaguci City yakni di Sakura Cho menetapkan satu kelompok 22 keluarga secara bersama mengelola sampah rumah tangga mereka di satu tempat kecil dan sederhana untuk menampung sampah keluarga. Mereka menetapkan jenis-jenis sampah dan hari-hari penampungannya,” ujarnya.

Lebih jauh, untuk hari Senin dan Kamis jenis sampah organik, Selasa di minggu pertama dan ketiga jenis kaleng dan botol pecah belah. Selanjutnya Selasa minggu kedua dan keempat jenis botol plastik, pakaian, kardus dan anorganik yang ringan. Rabu jenis plastik selain botol, dan ada satu hari sebulan ditetapkan untuk membawa sampah anorganik keras ke tempat penampungan.

“Jika ada yang membuang tak sesuai hari dan jenis sampah yang disepakati, maka pihak pengelola akan memberikan surat peringatan dan sampahnya tidak akan
diangkut oleh petugas,” tandasnya.

Uniknya, sebut Londa, waktu penampungan sampah ditetapkan di bawah jam 9 pagi.  Di tempat terpisah Kota Hiroshima yakni di Higasikania Cho, berdasarkan pengamatan dan wawancara langsung dengan warga setempat bahwa sekitar 10 keluarga mengelolah sampah secara bersama dimotivasi oleh pemerintah setempat.

“Di sana juga tersedia sebuah tempat pengumpulan yang kecil dan sederhana untuk menampung sampah warga yang juga sudah diatur jenis sampah perhari,” tukasnya.

Ditambahkannya, berdasarkan pengamatan di kedua tempat tersebut sangat bersih atau zero waste.

“Tentu saja perlu untuk berguru di tempat-tempat seperti ini dan juga di tempat-tempat lain yang kesehariannya lingkungan hidupnya bersih dan nyaman,” ucapnya.

Studi pengelolaan sampah yang sederhana ini, ujar Londa tidak sulit diterapkan di Kota Manado. Sebab setiap keluarga memiliki tanggungjawab untuk mengelola sampah melalui kesadaran memilah sampah menurut jenisnya.(hld)

TAGS
Share This