Kominfo bersama KWI, Edukasi Orang Muda Katolik Cerdas dan Bijak di Medsos

Kominfo bersama KWI, Edukasi Orang Muda Katolik Cerdas dan Bijak di Medsos

SULUTDAILY||Manado – Kementerian Komunikasi dan Informatika ( Kominfo) bersama Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) melakukan literasi digital kepada 250 Orang Muda Katolik dalam sebuah diskusi interaktif bertajuk ‘ Cerdas dan Bijak dalam Bermedia Sosial, Sabtu, (12/08/2023) di Sutan Raja Hotel, Minahasa Utara, Sulawesi Utara.

Dirjen Aptika Kominfo Samuel Abrijani Pangerapan mengatakan pesatnya perkembangan teknologi yang semakin terpacu dengan adanya pandemi covid-19 telah mendorong kita untuk berinteraksi dan melakukan berbagai kegiatan aktivitas di ruang digital.

“Kehadiran teknologi digital sebagai bagian dari kehidupan bermasyarakat inilah yang kian mempertegas bahwa kita sedang berada di era percepatan transformasi digital,” kata Samuel saat membuka acara.

Ia menjelaskan, pada awal Tahun 2022, We Are Social melaporkan terdapat 204,7 juta pengguna internet di Indonesia atau meningkat 2,1 juta dari tahun sebelumnya.

“Saya yakin angka ini akan terus meningkat dari tahun ke tahunnya namun masifnya penggunaan internet Indonesia harus kita akui membawa serta berbagai risiko seperti penipuan online, hoax, cyber bullying, dan konten-konten negatif lainnya,” kata Samuel.

Oleh karena itu, lanjut Samuel peningkatan penggunaan teknologi ini perlu dibagi dengan kapasitas literasi digital yang mumpuni, agar masyarakat dapat memanfaatkan teknologi digital dengan produktif bijak dan tepat guna.

Kementerian Kominfo memiliki peran sebagai regulator dan fasilitator di bidang digital dan telah melakukan literasi digital berbasis 4 pilar utama yaitu kecakapan digital, budaya digital, etika digital dan keamanan digital.

“Hingga tahun 2021 lalu program literasi digital ini telah berhasil menjangkau lebih dari 12 juta masyarakat di 514 kabupaten kota pada 34 provinsi di seluruh Indonesia,” ungkap Samuel.

Ketua Komisi Komsos Keuskupan Manado Pr. Made Pantyasa memberikan apresiasi kepada Kementerian Kominfo yang telah bekerja sama dengan KWI untuk melakukan leterasi digital di komunitas Orang Muda Katolik.

” Kami berharap kegiatan ini akan memberikan pemahaman kepada Orang Muda Katolik untuk cerdas dan bijak dalam bermedia sosial dan ikut serta memberantas berita bohong atau hoax,” ujarnya.

Dalam dialog interaktif, Ignatius Haryanto, S.Sos.M.Hum yang juga adalah Dewan Penasehat PPMN memaparkan topik menarik yakni
“Bijak dan Aman Bermedia Sosial’.

Ia memaparkan, dalam bermedia sosial, kita harus bijak memanfaatkan waktu yang efektif dan efisien untuk kegiatan yang produktif. “Tidak semua informasi di medsos cocok untuk kita konsumsi,” ujarnya.

Di media sosial ada banyak pihak yang juga memanfaatkan untuk kejahatan:, seperti penipuan, pencurian, pemerasan, pengambilan data pribadi, pornografi dan penyebaran kebencian.

” Secara umum, keamanan digital dapat dimaknai sebagai sebuah proses untuk memastikan penggunaan layanan digital, baik secara daring maupun luring dapat dilakukan secara aman dan nyaman,” ujarnya.

Tidak hanya untuk mengamankan data yang kita miliki, lanjut mantan wartawan Majalah Tempo ini, melainkan juga melindungi data pribadi yang bersifat rahasia.

“Seorang pengguna yang memiliki kecakapan literasi digital yang bagus tidak hanya mampu mengoperasikan alat, melainkan juga mampu bermedia digital dengan penuh tanggung jawab,” jelasnya.

Narasumber selanjutnya, Indra Samsie, Dosen Universitas Dipa Makassar menjelaskan sejumlah tips untuk membangun kecakapan dan budaya digital.
Menurut Indra, di era tranformasi digital, sejumlah skill wajil dimiliki yakni Search Engine Optimization (SEO), web development, digital marketing, desain grafis, konten marketing dan data analytics.

” Era tranformasi digital menuntut adanya kecepatan, kreativitas dan inovasi untuk menambah nilai signifikan untuk pekerjaan maupun kualitas hidup,” katanya.

Terkait budaya digital, Indra mengingatkan bahwa ada pemahaman yang merusak yakni dunia digital berbeda dengan dunia nyata. Ini mendorong orang menggunakan akun palsu untuk berbohong, menyebar kebencian dan melakukan kejahatan lainnya.

” Sudah menjadi habit masyarakat misalnya kebiasaan membagi informasi, senang mengikuti susuatu yang sedang viral, malas membaca detail informasi dan engan untuk mencari fakta pendukung informasi,” ujarnya.

Romo Anthonius Steven membekali peserta dialog dengan 4 hal yang harus dilakukan agar Orang Muda Katolik etis di media digital.

Pertama, kesadaran yakni melakukan sesuatu dengan sadar atau memiliki tujuan. Media digital cenderung instan kerap digunakan ‘tanpa sadar’sepenuhnya. “Tindakan ‘otomatis’ misalnya saat bangun tidur langsung buka HP. Begitu mendapatkan pesan, langsung berbagi (share) tanpa saring,” kata Romo Anthonius yang juga adalah Sekertaris Eksekutif Komsos KWI.

Kedua, Integritas yang mengacu pada kejujuran. Media digital yang sangat berpotensi manipulatif, mudah, dan menyediakan konten yang sangat besar menggoda penggunanya bertindak tidak jujur misalnya, pelanggaran hak cipta misalnya, plagiasi dan manipulasi.

Ketiga, tanggung jawab berkaitan dengan dampak atau akibat yang ditimbulkan dari suatu tindakan dan bersedia menanggung konsekuensi dari perilakunya.

Keempat, kebajikan yakni menyangkut hal-hal yang bernilai kemanfaatan, kemanusiaan, dan kebaikan.

” Mari kita berkolaborasi untuk produksi konten yang menyebarkan cinta kasih. Jangan diam ketika ada banyak konten Negatif. Mari kita lawan dengan perbanyak konten positif,” kata Romo.(***)

CATEGORIES
TAGS
Share This