Ketika Tomat Terus Dorong Tingginya Inflasi di Sulut, Ada Apa?
SULUTDAILY|| Manado- Kenaikan harga tomat sayur terus menjadi pemicu Inflasi Sulawesi Utara. November 2019 kembali mengalami inflasi sebesar 3,30% (mtm), lebih tinggi dibandingkan pergerakan IHK Nasional yang juga tercatat inflasi sebesar 0,14% (mtm).
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Arbonas Hutabarat mengatakan Inflasi di bulan November tersebut mendorong kenaikan inflasi tahun kalender dan inflasi tahunan Sulut ke level 5,50% (ytd) dan 6,32% (yoy), di atas rentang sasaran inflasi tahun 2019 (3,5+/- 1%).
Tingkat inflasi tersebut juga lebih tinggi dibandingkan tingkat inflasi periode yang sama tahun sebelumnya (1,84% (mtm)), maupun rata-rata inflasi bulan November dalam 5 tahun terakhir (2014-2018) sebesar 1,53% (mtm).
“Tekanan inflasi Sulawesi Utara pada November 2019 menjadi yang tertinggi ke dua di Tahun 2019 setelah tekanan inflasi pada bulan Juni 2019 yang tercatat sebesar 3,60% (mtm),” kata Arbonas dalam rilis BI.
Menurut Arbonas, kenaikan harga Kelompok Bahan Makanan sebesar 13,61% menjadi faktor utama yang menyebabkan meningkatnya tekanan inflasi Sulawesi Utara di bulan November 2019.
” Kelompok bahan makanan memberikan kontribusi inflasi sebesar 3,33% (mtm) dari total inflasi Sulut sebesar 1,30% (mtm). Bila dilihat dari komoditas penyusunnya, maka tomat sayur menjadi komoditas utama yang memberikan tekanan inflasi terbesar pada bulan November 2019,” katanya.
Tomat sayur pada November 2019 mengalami kenaikan sebesar 168,65% (mtm) dengan kontribusi pada inflasi bulanan Sulut sebesar 3,41% (mtm). Data survey pemantauan harga Bank Indonesia mengkonfirmasi fenomena kenaikan harga tomat tersebut, dimana survey tersebut mencatat harga tomat sayur secara rata-rata bergerak dari Rp 6.545/Kg menjadi Rp 19.819/kg.
Hukum Demand-Supply
Hukum Demand-Supply sepertinya tidak berlaku dalam pergerakan harga tomat di bulan November tersebut. Pada umumnya kenaikan harga suatu komoditas, misalnya tomat sayur secara signifikan terjadi apabila pasokan yang ada tidak memadai dan diikuti oleh lonjakan permintaan masyarakat.
Namun demikian, fenomena tersebut menurut analisa BI Sulut tidak terjadi di pasar tomat sepanjang bulan November 2019. Pemantauan terhadap pasokan tomat sayur di pasar menunjukkan bahwa pasokan tomat sayur di Sulawesi Utara diperkirakan cukup meskipun permintaan akan tomat sayur menunjukkan peningkatan.
Pergerakan komoditas antar daerah sedikit banyak ditengarai berdampak pada pergerakan harga tomat di Sulawesi Utara, namun demikian secara umum dampaknya diperkirakan tidak terlalu besar mengingat disparitas harga antar daerah di Sulampua yang semakin menipis seiring kenaikan harga tomat sayur secara signifikan di Bulan November 2019.
“Oleh karena itu, diperkirakan terdapat faktor di luar mekanisme pasar yang turut mempengaruhi kenaikan harga tomat sayur di Sulawesi Utara selama bulan November 2019,” tandas Arbonas.
Sementara itu, selain tomat sayur, enam kelompok komoditas lainnya relatif tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap inflasi Sulawesi Utara di bulan November 2019.
Sebaliknya, pergerakan enam kelompok komoditas lainnya cenderung menjadi faktor yang menahan tekanan inflasi bulanan Sulawesi Utara pada November 2019.
Enam kelompok pembentuk inflasi lainnya tersebut menahan tekanan lebih besar terhadap inflasi Sulut dengan memberikan andil deflasi sebesar -0,03% (mtm) dari total inflasi Sulawesi Utara. Dalam hal ini, tarif angkutan udara menjadi komoditas yang memberikan andil inflasi terkecil sebesar -0,12% (mtm).( Jr)