Jangan Takut Bersuara, Tolak Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak

Jangan Takut Bersuara, Tolak Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak

SULUTDAILY||Jakarta – Kekerasan yang terjadi pada perempuan dan anak selama beberapa tahun terakhir semakin memprihatinkan. Modus kekerasan pun semakin canggih. Karena itu publik memandang kondisi kekerasan terutama terhadap perempuan dan anak-anak dalam kondisi darurat. Ini menjadi peringatan bagi semua pihak untuk bersama – sama memerangi kejahatan terhadap perempuan dan anak.

Hasil Survei Pengalaman Hidup Perempuan Nasional (SPHPN) 2016 yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) atas permintaan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) menunjukkan betapa kekerasan terhadap perempuan sangat memprihatinkan. Satu dari tiga perempuan Indonesia berusia 15-64 tahun atau sekitar 28 juta orang pernah mengalami kekerasan fisik atau kekerasan seksual oleh pasangan dan selain pasangannya. Dalam satu tahun terakhir, 8,2 juta perempuan atau 9,4 persen mengalami kekerasan fisik dan seksual.

Adapun kekerasan terhadap anak terus berlanjut. Dari waktu ke waktu, kasus-kasus kekerasan terhadap anak baik fisik maupun kekerasan seksual terus berlanjut. Hampir setiap saat media massa mempublikasikan berbagai kasus kekerasan yang menimpa anak-anak.

Belakangan publik dikejutkan dengan kasus persekusi terhadap sejumlah masyarakat, seperti yang dialami dr Fiera Lovita dari Solok, Sumatera Barat dan remaja PMA (15) di Cipinang Muara, Jakarta Timur. Kasus ini membangkitkan solidaritas berbagai organisasi perempuan dan pemerhati anak. Tanggal 9 Mei 2017, sebanyak 100 organisasi perempuan dan pemerhati anak, bersama Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise; Ketua Umum Bhayangkari Trie Tito Karnavian mmenggelar deklarasi menolak kekerasan terhadap perempuan dan anak di Tugu Proklamasi, Jakarta.

Coreta KapoyosSebagai tindak lanjut dari gerakan bersama tersebut, Yayasan Torang Samua Basudara dan sejumlah organisasi perempuan dan pemerhati anak Sulawesi Utara, menggelar kegiatan sebagai kampanye untuk menolak kekerasan, eksploitasi dan persekusi terhadap perempuan dan anak. Ketua Panitia Dra Meggy Rares, Msi mengungkapkan, kegiatan tersebut akan diwarnai dengan talkshow yang menghadirkan sejumlah narasumber. Narasumber tersebut adalah Prof. DR. Dr. Vennetia Danes (Deputi Perlindungan Hak Perempuan Kementerian PPPA), Arist Merdeka Sirait (Ketua Umum Komnas Anak), Ratih Ibrahim (Psikolog ), Dhea G Rizkita (Puteri Indonesia Perdamaian 2017), dan Kanit PPA Subdit Renakta Ditreskrimum Polda Metrojaya AKP Endang Sri Lestari, SH, MSi. Talkshow yang akan dipandu moderator Jeffry Waworuntu, juga diramaikan oleh artis Ruth Sahanaya, Kezia Warouw Putri Indonesia 2016 dan Lois Tangel Putri Pariwisata 2017.

Kegiatan Restoran Rarampa Jalan Mahakam II No.1 tersebut sekaligus buka puasa bersama anak yatim dan anak-anak berkebutuhan khusus akan ditandai dengan pernyataan sikap dari para tokoh perempuan, pemerhati anak dan masyarakat Sulut di Jakarta.

Ketua Umum Yayasan Torang Samua Basudara (YTSB) Coreta Kapoyos, SE menjelaskan kegiatan tersebut berawalnya dari keinginan sejumlah organisasi untuk mengecam dan mengutuk segala bentuk kekerasan terhadap perempuan dan anak yang semakin marak terjadi akhir-akhir ini. “Selain ingi mengajak seluruh elemen masyarakat untuk tidak takut menyuarakan hal seperti ini, melalui kegiatan ini kami ingin membuka wawasan kaum perempuan terutama ibu-ibu agar lebih paham dan mengerti hukum. Dengan demikian, jika ada sesuatu yang terjadi di lingkungan sekitar kita, para ibu bisa membantu semaksimal mungkin dan tidak diam saja,” tutur Coreta yang juga istri dari Kabarhakam Mabes Polri Komjen (Pol) Putut Bayu Seno.

Coreta pun memastikan acara ini bukan sekadar seremonial, melainkan akan menjadi sebuah pijakan bagi perempuan untuk berbuat sesuatu, membela kepentingan perempuan dan anak. Komitmen tersebut bahkan sudah dimulai Coreta dan Yayasan Torang Samua Basudara yang sejak 2013 terlibat dalam berbagai kegiatan untuk melindungi perempuan dan anak.

Tahun 2015 misalnya YTSB bersama-sama dengan Perempuan Untuk Negri (PUN) bersama 2000 anak mendeklarasikan Cintai Anak Tanpa Batas. Terakhir awal Juni lalu YTSB bekerja sama dengan KuGapai Komunitas Gerakan Peduli Anak Indonesia berkeliling ke rumah rumah singgah untuk memberikan penyuluhan ttg perlindungan anak “Jadi ini bukan seremoni belaka, tetapi sebuah komitmen untuk terus bersuara dan terus mengingatkan kepada masyarakat tentang pentingnya perlindungan pada perempuan dan anak,” papar Coreta. (stb)

TAGS
Share This