Terpapar Covid-19, Terasa Diambang Kematian

Terpapar Covid-19, Terasa Diambang Kematian

Kisah Keluarga Pendeta Sugeng Sembuh dari Covid-19

Pandemi Covid-19 hingga kini telah menginfeksi 6.904 warga Sulawesi Utara. Sejumlah 5.413 Orang memang telah dinyatakan sembuh, meski demikian pasien yang sembuh dari corona tetap harus waspada.

” Puji Tuhan, saat ini perasaan sudah tenang dan badan sudah sehat meskipun jika terlalu lelah kadang merasa nyeri dada. Saya bersama keluarga tetap terapkan protokol kesehatan,” cerita Pastor Sugeng Budi Susanto kepada Sulutdaily, Senin (30/11/2020).

Sebelumnya, beberapa hari setelah melakukan kunjungan ke Makassar dan Surabaya Pastor Sugeng mulai menunjukkan gejala dada semakin sesak. Batuk dan demam. Matapun mulai gelap. Hidung tidak bisa cium bau dan seluruh tubuh tiba-tiba lemas.

Pastor Sugeng Budi Susanto saat mulai membaik

“Saya dibawa ke Klinik Siloam yang hanya berjarak 200 meter dari rumah. Saya takut jantung saya bermasalah. Waktu EKG jantung saya tidak terjadi gangguan. Kemudian photo dada, didapati ada gangguan di paru-paru.(pneumonia). Saya langsung ditangani dengan protokol Covid-19 karena gejalanya semua mengarah pada virus tersebut” ujarnya.

Pdt Sugeng Budi Susanto sejak 26 Maret 2020 dirawat di RSUP Prof.RD Kandou kemudian dinyatakan positif Covid-19 berlabel pasien 06 ( Manado) dan pasien 15 (Sulut) .” Waktu dinyatakan positif, awalnya sempat terintimidasi dengan ketakutan karena mendengar satu persatu pasien Covid-19 meninggal dan saya lihat dibungkus plastik,” ingatnya.

Pastor Sugeng menuturkan, enam hari pertama berada di ruang isolasi PDP Covid-19 adalah saat-saat paling sulit dan paling berat untuk saya lalui.

Saya ditangani seolah-olah sudah Positif Covid-19 (SOP memang begitu) sampai hasil Test Swab keluar.

Hari serasa begitu lama berganti. Tiap hari merupakan saat yang begitu berat untuk dilalui seorang diri di dalam ruangan isolasi yang panas karena tanpa pendingin ruangan. Tiap 6 jam baru datang Tim Medis dengan pakaian APD seperti Astronot untuk periksa dan memberikan obat.

Tawar hati dan putus asa sempat melemahkan iman saya. Seolah saya sedang berjalan di dalam lembah bayang-bayang maut. Pintu gerbang maut serasa begitu dekat.

Saya takut. Saya cemas. Dada sesak dan tubuh tiba-tiba begitu lemah. Pandangan mata saya mendadak kabur. Saya sudah tidak sanggup. Infus antibiotik dan selang oksigen seolah tidak bisa tolong saya.

Saya pasrah. Saya berkata kepada Tuhan: “Ampuni saya Tuhan. Berikan saya hati yang damai dan tenang. Kalau toh saya harus pergi biarlah pergi dalam ketenangan. Saya yakin Tuhan pasti jaga isteri dan anak saya.”

Tiba-tiba saya mendengar Tuhan berbicara begitu kuat di dalam diri saya:” Hidup dan matimu ada di tanganKu. Bukan di tangan virus. Kalau belum waktunya, penyakit apapun tidak akan bisa membunuhmu. Tapi kalau sudah waktunya, biar kamu memohon kepadaKu kamu tetap akan mati.”

Kemudian saya begitu damai dan tenang. Saya bisa bernafas dengan lega. Tubuh saya menjadi kuat. Saya menangis sambil bersyukur.

“Bapa, terima kasih. Mujizat Tuhan begitu nyata. Pada hari ketujuh itulah Tuhan bebaskan saya dari segala ketakutan dan kecemasan,” tutur sang pendeta sambil memaknai firman Tuhan dalam Mazmur 107:19-20 (TB) “Maka berseru-serulah mereka kepada TUHAN dalam kesesakan mereka, dan diselamatkan-Nya mereka dari kecemasan mereka, disampaikan-Nya firman-Nya dan disembuhkan-Nya mereka, diluputkan-Nya mereka dari liang kubur.”

Lolos dari Maut

Hari ke-7 Pastor Sugeng mengalami mujizat kesembuhan. Tidak lagi pakai infus dan oksigen. Perasaan takut hilang dan tubuh mulai segar. Tanggal 9 April hasil Swab Positif dan tanggal 12 April Swab masih Positif

” Ketika minum obat Chloroquine atau klorokuin ternyata efeknya kena jantung saya karena saya pernah mendapatkan serangan jantung tahun 2016. Nafas jadi pendek, keringat dingin dan lemas seluruh badan. Tapi puji Tuhan, saat berserah sama Tuhan. Tuhan nyatakan mujizat menolong saya,” tutur Pastor di Gereja Pantekosta Tabernakel (GPT) Petra Manado.

Sekeluarga terpapar Covid-19

Tanggal 23 April 2020 dinyatakan tes PCR negatif 1 dan tgl 26 April PCR negatif 2 dan diijinkan pulang. Jadi dirawat selama 31 hari. Sukacita karena lolos dari maut walaupun sedih karena anak dan istrinya dirawat di RS TNI Teling karena juga terpapar Covid-19 berlabel pasien 29 dan pasien 30.

” Kami sekeluarga positif Covid-19. Virus ini sangat berbahaya dan begitu cepat menular kepada orang-orang terdekat,” kata Pastor.

Jika Kelelahan Dada Terasa Nyeri

Menurut suami Rosdiana Toneke, setelah pulang ke rumah, selama selama bulan kadang badan tiba-tiba lemas dan terasa nyeri di dada.

“Puji Tuhan, saat ini perasaan sudah tenang dan badan sudah sehat meskipun kalau terlalu lelah kadang nyeri dada. Pesan bagi pasien positif ; Jaga Iman dengan berdoa dan baca Firman agar tidak dikuasai ketakutan. Banyak latihan pernafasan untuk jaga saturasi oksigen dalam darah.Konsumsi Vitamin lebih banyak (Jeruk Nipis + Madu + air hangat) untuk menjaga imun,” katanya.

Pastor Sugeng berpesan kepada warga Sulut untuk tidak anggap remeh dengan Covid-19 . ” Jangan anggap remeh. Saya sudah alami sendiri. Betul- betul tidak enak dan serasa sudah diambang kematian,” pesannya.

Pastor juga memberikan tips untuk melawan Covid-19. Jaga Iman, jangan dikuasai ketakutan karena akan membuat imun tubuh drop.Jaga Imun, makan cukup dan tambah vitamin, istirahat cukup dan olahraga.Tetap Aman yakni selalu pakai masker jika bertemu dan berbicara dengan orang.

Tentang Perayaan Ibadah Natal, Pastor Sugeng berharap harus sungguh-sungguh menerapkan protokol kesehatan dengan ketat.
Jika tidak lebih baik secara Live Streaming. “Tuhan akan lindungi kita jika kita juga mau melindungi diri sendiri dengan Prokes,” ucapnya.

Terkait kondisi yang dialami pasien Covid-19 sesudah dinyatakan sembuh tetapi masih merasakan gejalanya hingga waktu yang lama. ” Hingga kini para ahli belum bisa memberikan Bu penjelasan yang pasti tentang kondisi ini,” kata Jubir Satgas Covid-19 Sulut dr Steaven P.Dandel, MPH

Menurut dr Dandel. Ada pasien yang sampe 6 bulan bahkan lebih masih merasakan gejala, namun ada juga yang sembuh total . ” Waktu pemulihan pasien Covid-19 dari infeksi virus SARS-CoV-2 berbeda-beda. Hal ini bergantung dari sistem imun dan penyakit komorbid yang menyertai. Saat sudah dinyatakan sembuh pun ada kondisi yang tetap harus diperhatikan,” jelasnya.

dr Dandel mengatakan penderita covid-19 dengan klasifikasi sedang hingga berat bisa saja mengalami long hauler, sebuah istilah yang menggambarkan pasien yang sembuh dari covid namun dalam beberapa hari bahkan berbulan-bulan masih mengeluhkan adanya gejala-gejala yang seolah-oah merupakan bagian dari covid-19.(Jeane Rondonuwu)

CATEGORIES
TAGS
Share This