Sumpah Pemuda: “Persatuan Adalah Jalan Revolusi Mengusir Imperialisme !!”

 

SULUT DAILYII Kotamobagu – Sumpah pemuda lahir dari semangat kaum muda menjawab tantangan jaman. Jaman imperialisme dibawah kolonial Belanda yg merampas harkat, maratabat serta kekayaan dari berbagai suku bangsa di Indonesia!!

Imperalisme Belanda selama beberapa ratus tahun telah memberi kesadaran baru kaum muda bahwa perlawanan yang terpecah-pecah, perlawanan sendiri-sendiri oleh kelompok atau golongan dan suku tidak bisa membuat imperialisme Belanda dan kolonisasinya berhenti begitu saja. Hanya dengan satu tekad persatuan, menjadi sebuah “nation” kekuatan jahat yang merampas harkat, martabat dan kekayaan alam yg dialamai suku2 bangsa selama ratusan tahun bisa diakhiri!!

Usaha kaum muda yg mempelopori sumpah pemuda pun akhirnya berbuah Proklamasi Kemerdekaan, tongak dimana persatuan tersebut menciptakan sebuah “nation” dari suku-suku bangsa yang bangkit melawan dan menolak segala bentuk penjajahan, segala bentuk penghisapan dan eksploitasi. Kemudian dari “nation” yang baru ini melahirkan deklarasi bersama dalam mengakhiri imperialisme tersebut dan membangun “jembatan Emas” menuju kemerdekaan sejati umat manusia didalamnya; tanpa penindasan bangsa terhadap bangsa, tanpa penghisapan manusia terhadap manusia lainnya, tanpa perampasan atas kekayaan alam yang dimiliki bersama dan mendistribusikannya secara adil demi kemakmuran bersama Rakyat Indonesia. Kemudian lahirlah Pancasila dan UUD 1945 sebagai rumusan dari semangat menjadi satu-kesatuan negara Indonesia mencapai cita-cita tersebut.

Hari ini, ketika kita, bangsa Indonesia memperingati Sumpah Pemuda, Bangsa Indonesia sedang menghadapi tantangan baru, bentuk-bentuk baru dari Imperialisme. Imperialisme baru yang lebih moderen dimana modal (kapital) asing menguasai sumber-sumber kekayaan alam bangsa Indonesia.

Modal asing yang menguasai sumber-sumber kekayaan alam Indonesia inilah yang kemudian mengagalkan cita-cita menuju masyarakat adil dan makmur. Modal asing inilah yang kemudian berusaha memecah belah persatuan bangsa Indonesia agar mereka bebas mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya untuk kepentingan pribadinya.

Modal asing inilah yang kemudian membutakan penguasa dan pemimpin bangsa ini dari pusat dan daerah untuk memupuk kekayaan demi kepentingan pribadi belaka.

Modal asing dan para penguasa korup dari pusat sampai daerah inilah yang menjadi hambatan bangsa Indonesia mencapai cita-cita luhurnya dan mengembalikan alam imperialisme kebumi Indonesia!!

Akhirnya, seperti yang kita, Rakyat Indonesia, rasakan beberapa tahun belakangan ini: Rakyat diusir dari tanah-tanah garapannya demi investor asing yang ingin mengeruk keuntungan; pertambangan dikuasai oleh perusahaan yang dikuasai modal asing yang memaksa rakyat membayar lebih mahal harga minyak, gas dan layanan lainnya hanya karena praktek mencari keuntungan sebesar-besarnya. Maka, mulailah kemiskinan merajalela, kesenjangan yang kaya dan miskin semakin melebar; yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin!!

Dalam mencapai hal tersebut, para penguasa dan pemimpin korup merubah Undang-undang dan berbagai peraturan yang memberikan keleluasaan bagi modal asing mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya. Praktek sogokan, praktek korup, menjadi cara untuk mendapatkan peluang investasipun diberlakukan. Mereka telah dengan sengaja merubah arah cita-cita yang telah dirumuskan para pendiri bangsa!! Mereka telah menghancurkan sendi-sendi berbangsa dan bernegara dengan mengamademen UUD 1945 demi kembalinya imperialisme!!

Oleh karena itu, kita, Rakyat Indonesia, dalam memperingati Hari Sumpah Pemuda saat ini, menjadikan momentum sumpah pemuda untuk kembali mengalang persatuan, untuk sekali lagi bersatu-padu mengusir dan menganyang imperialisme di bumi Indonesia dan mengembalikan arah revolusi kita menuju cita-cita para pendiri bangsa Indonesia; menuju masyarakat Adil dan Makmur !!

Kotamobagu, 28 Oktober 2013

Frans E. Kurniawan Ketua Komite Pimpinan Wilayah Partai Rakyat Demokratik (KPW-PRD) Sulawesi Utara

 

Persatuan Adalah Jalan Revolusi Mengusir Imperialisme

TAGS
Share This