CSIS: Politik Mahal Karena Saling Curiga

SULUT DAILY|| Jakarta – Mahalnya biaya politik di Indonesia dipahami sebagai bagian dari proses demokrasi yang belum sehat. Namun biaya politik sebetulnya tak perlu sebesar yang ada di ‘kepala’ partai politik, jika mereka bisa saling percaya dan tidak saling curiga. “Kenapa ada saksi di TPS? Karena tidak  ada kepercayaan, khawatir suara diambil, suara dihilangkan di TPS, hilang di kecamatan. Seakan tidak ada trust, karena itu biaya politiknya jadi mahal,” kata Peneliti CSIS Philips Jusario Vermonte.

Hal itu disampaikan dalam diskusi Pemilu 2014 yang digelar Matara (Matahari Nusantara) di Jalan Ciasem, Jaksel, Selasa (29/10/2013) malam. Philips menuturkan, dalam setiap event Pemilu baik Pemilu Kada, Pileg, maupun Pilpres biaya termahal adalah menyediakan saksi di TPS, yang ini kemudian diamini juga oleh semua parpol.

Padahal, bisa jadi Pemilu tak perlu saksi atau bisa diminamilisir jika antara peserta Pemilu bisa saling percaya termasuk percaya mekanisme yang diterapkan KPU. “Kalau ada 500 ribu TPS, berapa biaya saksi yang harus dibayar? Biaya itu bisa jadi murah kalau ada trust, sehingga trust penting untuk dikelola, supaya biaya-biaya bisa diminimalisir,” paparnya.

Philips juga memaparkan mahalnya biaya politik yang musti dikeluarkan peserta pemilu karena tak percaya diri alias tak kreatif, yaitu biaya-biaya yang kemudian disebut sebagai ‘money politics’. “Kalau ada 5 orang calon (kepala daerah) kasih pemilih Rp 100 ribu, kalau semua calon kasih uang dengan jumlah yang sama, di sisi logika konstituen, itu sama saja. Jadi nggak ada studi kasih Rp 100 ribu mempengaruhi suara, yang ada para calon cuma sebar jala,” ucap Philips.(detik/JbR)

 

Politik Mahal Karena Saling Curiga

TAGS
Share This