
Bayi Indonesia Nikmati ASI Eksklusif di Masa Pandemi Covid-19
Bayi Amalia
PANDEMI Covid-19 memang membawa dampak terhadap seluruh segi kehidupan Manusia. Dampak ini bisa negatif tapi ada juga yang positif bagi para Ibu yang bertekad memberikan Air Susi Ibu (ASI) eksklusif untuk buah hatinya, ditengah ritme kerja yang kurang mendukung.
” Sejak awal memang saya sudah bertekad bahwa, ketika bayi saya lahir akan diberikan ASI eksklusif meski saya juga harus bekerja,” kata Nancy Lynda Tigauw kepada sulutdaily.com pekan lalu.
Jurnalis ANTARA Manado ini sempat berencana untuk menyimpan ASInya dalan lemari es jika waktu kerja tidak menunjang baginya untuk kembali ke rumah dan memberikan ASI eksklusif untuk putri pertamanya.
” Saya sudah berencana untuk menyimpan ASI dalam kulkas jika saat jam pemberian ASI eksklusif, saya masih harus liputan,” kata Nancy.
Sebenarnya bukan bersyukur Pandemi covid-19 ini ada, tapi ada hikmah tersendiri buat para Ibu yang ingin memberikan ASI eksklusif sejak bayinya lahir.
” Saya bersyukur karena bisa memberi ASI eksklusif secara penuh karena kantor memperbolehkan kerja dari rumah. Tepat Amalia lahir Covid-19 mulai menyebar di Manado,” ujarnya.
Selain bisa memberikan ASI eksklusif, Nancy juga mengaminkan Covid-19 membawa hikmah tersendiri karena Tuhan mengijinkan sebagai orang tua bisa melihat tumbuh kembangnya . ” Secara finansial juga lebih ekonomis karena tidak menggunakan susu formula,” kata Nancy tertawa lebar sambil menambahkan bahwa saat Pandemi Covid-19 pendapatan menurun dan yang penting makan yang sehat dan bergizi.
Covid-19, Angka ASI Eksklusif Meningkat
Penelitian Health Collaborative Center (HCC) menunjukkan bahwa dalam kondisi pandemi Covid-19 tahun 2020 dengan kebijakan work from home (WFH) menunjukkan angka ASI Eksklusif meningkat tajam mencapai 89%.

Ketua Tim Peneliti Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi mengatakan kebijakan PSBB mengharuskan para ibu tetap berada di rumah justru memberi pengaruh positif terhadap peningkatan perilaku laktasi,” kata Dr dr Ray Wagiu kepada Sulutdaily.com.
Dr Ray menjelaskan, penelitian tersebut melibatkan 379 responden Ibu Menyusui yang tersebar di 20 Provinsi se Indonesia. Ini menunjukkan peningkatan angka keberhasilan ASI Eksklusif di Indonesia selama masa pandemi terjadi pada kelompok yang bekerja dari rumah sebesar 97,8% serta pada kelompok Ibu menyusui yang tetap kerja dari kantor sebesar 82,9%.
Dalam penelitian ini juga menunjukkan bahwa keterbatasan operasional fasilitas kesehatan ibu hamil dan menyusui serta akses pelayanan konseling tidak menurunkan perilaku laktasi Ibu Indonesia, terutama kalangan Ibu Pekerja. “Angka ini meningkat tajam dibanding angka ASI Eksklusif di Indonesia selama beberapa tahun ini yang masih berkisar antara 30-50%,” kata Ray, dokter lulusan S1 Fakultas Kedokteran Unsrat Manado.
Fakta juga memperlihatkan 6 dari 10 Ibu mengakui keberadaan susu formula tidak jadi alasan berhenti menyusui selama masa pandemi. Serta 5 dari 10 Ibu mengakui waktu kerja tidak fleksibel (harus WFO dan WFH) tidak menghalangi untuk tetap menyusui.
Bagi Dr Ray, hali ni adalah bentuk semakin tingginya tingkat pengetahuan Ibu Menyusui di Indonesia terhadap manfaat ASI Eksklusif bagi kesehatan bayi dan ibu.
Kendala Jaringan Internet
Pemanfaatan konsultasi layanan kesehatan secara daring (online) selama pandemi Covid-19 sangat membantu Ibu menyusui. Terbukti dari riset ini bahwa terdapat 70% jumlah ibu menyusui berkonsultasi laktasi dengan tenaga kesehatan secara daring.

Banyak dari mereka menggunakan aplikasi WhatssApp sebesar 40%. Mayoritas responden mengakui layanan kesehatan daring selama masa pandemi sangat membantu dan efektif.
Menurut Dr Ray, banyak responden yang mengakui kendala jaringan dan kekhawatiran terhadap kerahasiaan data adalah faktor yang menghambat kualitas konsultasi menyusui secara daring.
“Itu sebabnya penting bagi pemerintah untuk memastikan aspek aksesibilitas dan kualitas jaringan serta tidak lupa melindungi aspek privacy dan perlindungan data pribadi serta detail medical record pasien yang memanfaatkan fasilitas telekonsultasi,” tegas Ray.
Seperti diketahui, HCC merupakan wadah promosi dan advokasi kesehatan non-profit di Indonesia, terutama dalam bidang kesehatan masyarakat dan kedokteran komunitas yang didirikan Ray sejak Juni 2019. Adapun untuk tim peneliti kali ini juga terdiri dari Prof. Dr. dr. Sudigdo Sastroasmoro, SpA(K) dan dr. Levina Chandra Khoe, MPH.(Jr)