Arti Nama Tempat di Kota Manado

Arti Nama Tempat di Kota Manado

SULUTDAILY|| Manado-Nama tempat (kecamatan/kelurahan/kampung) di kota Manado paling banyak diambil dari nama pohon, hewan, batu, air, tanah, peristiwa atau kejadian tertentu. Nama-nama tersebut pada umumnya belum terdokumentasi. Lebih banyak hanya berupa cerita dari mulut ke mulut. Sebagiannya mudah diingat oleh penuturnya, yang lainnya perlu penelitian yang relatif lama untuk menghindari snowball effect-nya. Tulisan bagian I berikut ini adalah beberapa nama tempat di kota Manado.

1. Wenang berasal dari kata wenang (bahasa Minahasa), yaitu nama sebuah pohon endemik yang bahasa ilmiahnya   Macaranga Hispida. Sub etnis Bantik menyebutnya benang. Wenang merupakan nama salah satu kecamatan, yang terdiri dari 12 (dua belas) kelurahan, yaitu: Bumi Beringin, Teling Bawah, Tikala Kumaraka, Mahakeret Barat, Mahakeret Timur, Wenang Utara, Wenang Selatan, Lawangirung, Komo Luar, Pinaesaan, Calaca dan kelurahan Istiqlal.

2. Winangun berasal dari kata wangun, bahasa Tombulu, yang artinya diperindah atau negeri yang baru dibangun. Winangun merupakan penggabungan dua wilayah atas inisiatif sejumlah tokoh masyarakat Paal III dan Paal IV. Seharusnya dengan Kilo Tujuh, tapi kemudian menarik diri untuk bergabung. Tahun 1965, Paal III dan Paal IV resmi menjadi desa Winangun  dengan status “anak desa Pineleng” atau desa percobaan. Kini Winangun telah menjadi salah satu kelurahan di kecamatan Malalayang.

3. Teling berasal dari kata teling, bahasa Tombulu, yang artinya buluh atau bambu. Dulu jalan dari desa Koka sampai di SMPN 7, SMAN 2 dan SMAN 7 Manado terdapat banyak pohon buluh.

4. Mahakeret berasal dari kata Mahkeret (bahasa Tombulu), makeret (bahasa Tolour). Keduanya memiliki arti yang sama, yaitu  memanggil dengan cara  berteriak.

5. Kleak adalah sejenis burung kakak tua, warnanya biru dan pemakan jagung. Dalam bahasa Tombulu, Tonsea dan Tontemboan disebut kleak.  Dulu  kelurahan Kleak  adalah daerah hutan yang dihuni banyak burung kleak.

6. Pondol berasal dari kata pondol (bahasa Tombulu), pondolre (bahasa Sangihe), pon’dolro (bahasa Bantik); ketiganya memiliki arti yang sama, yaitu ujung kampung. Namun arti pondolre dalam bahasa Sangihe tidak hanya terbatas pada ujung kampung.

7. Komo berasal dari kata komo, bahasa Tombulu, yang artinya ikan teri atau ikan kecil-kecil. Etnis Bantik menyebutnya juga ko’mo’, yang artinya udang kecil. Dikisahkan bahwa dahulu masyarakat sekitarnya sering menangkap ikan kecil atau udang kecil di sungai Tondano yang melewati wilayah pemukiman  yang sekarang dikenal dengan nama Komo.

8. Pinaesaan berasal dari kata pinaesa’an (bahasa Toulour, Tombulu, Tonsea dan Tontemboan); Keempatnya memiliki arti yang sama, yaitu persatuan.

9. Kayuwatu berasal dari kata kayu dan watu (bahasa Tonsea); kai dan watu (bahasa Tombulu); keduanya memiliki arti yang sama, yaitu jenis pohon yang nama ilmiahnya Homalium Foetidum Benth; famili dari flacourtiaceae.  Kayuwatu dalam versi bahasa Tombulu disebut Kaiwatu. Kini nama Kaiwatu diubah menjadi Kairagi Dua kecamatan Mapanget.

10. Bengkol berasal dari kata beng’kolro’, bahasa Bantik, yang artinya bengkok. Sesuai namanya, kelurahan Bengkol terletak dialiran sungai Paniki dengan bentuk berlekuk atau bengkok.

11. Buha berasal dari kata bu’ha (bahasa Bantik), buha (bahasa Sangihe); keduanya memiliki arti yang sama, yaitu gosok.  Kata gosok yang dimaksud dilakukan pada saat mandi untuk mengeluarkan daki (kotoran) dari tubuh, baik dilakukan sendiri maupun antara pasangan suami istri misalnya. Umumnya pada jaman dulu mengosok tubuh saat mandi dilakukan di tempat pemandian umum seperti di kali, sumur atau di dekat mata air dan pancuran. Pemberian nama Buha berawal dari suatu peristiwa saat sepasang suami-istri muda kepergok oleh warga di tempat pemandian umum  sedang saling menggosok tubuh untuk mengeluarkan daki (grime).

12. Ranotana berasal dari kata rano dan tana’. Kata rano baik dalam bahasa Toulour, Tombulu dan Tontemboan memiliki arti yang sama, yaitu air.  Sedangkan kata tana’ baik dalam bahasa Toulour, Tombulu, Tonsea dan Tontemboan memiliki  arti yang sama, yaitu tanah.Jadi, Ranotana artinya air tanah.

13. Ranotana Weru berasal dari kata rano, tana’ dan weru. Kata weru baik dalam bahasa Toulour, Tombulu, Tonsea dan Tontemboan memiliki arti yang sama, yaitu baru. Jadi pengertian Ranotana Weru adalah air tanah baru atau Ranotana Baru.

14. Pandu berasal dari kata pan’du, bahasa Bantik, yang artinya menyerbu secara serempak. Misalnya sekawanan monyet berbaris menyerbu kebun milu (jagung), atau sekawanan anak kepiting berbaris di pinggir sungai dan secara serempak menyerbu bagian hulu sungai. Pandu merupakan pemekaran dari kelurahan Bengkol.

15. Tongkaina berasal dari kata tongka kina, bahasa Sangihe, yang artinya bakar ikan. Dikisahkan bahwa dahulu di daerah yang sekarang bernama Tongkaina merupakan tempat para nelayan dari pulau Manado Tua, Bunaken dan sekitarnya untuk membakar ikan. Para nelayan makan dan beristirahat sebentar sebelum pulang dan atau menjual ikan hasil tangkapan di pasar.

16. Tuna berasal dari kata tuna’, bahasa Bantik, yang artinya kubangan. Dikisahkan bahwa dahulu di daerah yang sekarang bernama Tuna merupakan lokasi babi hutan untuk berkubang.

17. Bahu berasal dari kata bahu (bahasa Sangihe dan Bantik); memiliki arti yang sama, yaitu pohon yang umumnya mudah tumbuh dan berkembang biak di pesisir pantai. Pohon bahu termasuk dalam famili Malvaceae. Hibiscus tiliaceus L, adalah bahasa ilmiahnya.

18. Kombos berasal dari kata kom’boso’, bahasa Bantik, yang artinya rumpu macang. Berasal dari famili Asteraceae. Lantana Camara L, adalah nama ilmiahnya. Merupakan tumbuhan belukar; dulu banyak tumbuh di daerah yang sekarang bernama Kombos.

19. Perkamil merupakan singkatan dari Perkampungan Militer. Sebuah nama yang muncul karena dipopulerkan oleh masyarakat. Nama yang seharusnya adalah lingkungan Paal II Ranomut. Berawal ketika Kodam XIII Merdeka pada tahun 1969 membangun perumahan yang diberi nama pemukiman Sapta Marga Satu untuk anggotanya yang berpangkat Tamtama dan Bintara. Kemudian pada tahun 1972 dibangun lagi pemukiman yang diberi nama Sapta Marga Lima untuk anggota TNI AD yang berpangkat Perwira Pertama ke atas.

Di kalangan masyarakat, kedua pemukiman yang baru dibangun tersebut populer dengan sebutan Perkampungan Militer yang disingkat Perkamil. Pada tahun 1974, pemerintah mengganti nama lingkungan Paal II Ranomut menjadi Perkamil hingga saat ini.

20. Lawangirung, berasal dari kata ngirung (bahasa Tonsea, Tombulu dan Tontemboan), yang artinya hidung. Dikisahkan bahwa dahulu di wilayah yang sekarang bernama Lawangirung terdapat orang yang memiliki ciri-ciri tertentu: bertubuh pendek, memiliki hidung bengkok dan pesek; sering terlihat keluar-masuk dari sebuah lubang yang telah ditutup. Jadi, arti Lawangirung adalah orang yang berhidung pesek atau bengkok.

21. Kampung Kodo berasal dari kata kodo, bahasa Manado, yang artinya katak.  Dikisahkan bahwa dahulu di daerah  yang sekarang bernama kampung Kodo terdapat banyak kodo.

22. Meras berasal dari kata Mahasa, bahasa Bantik, yang artinya batuan yang telah mengalami pengikisan. Di daerah yang sekarang bernama Meras terdapat banyak sisa batu-batuan hasil pengkisan.

23. Molas berasal dari kata molrasa. Molrasa adalah nama sebuah pemukiman yang didirikan oleh salah seorang pemimpin sub etnis Bantik yang bernama Bo’lrasa.

24. Wanea berasal dari kata wanua (bahasa Toulour, Tombulu, dan Tonsea) , ketiganya memiliki arti yang sama, yaitu kampung atau negeri. Pengertian kata wanua tidak hanya satu kampung atau satu negeri, tetapi lebih.

Wanea merupakan salah satu kecamatan di kota Manado, yang terdiri dari 9 (sembilan) kelurahan, yaitu: kelurahan  Wanea, Pakowa, Bumi Nyiur, Tingkulu, Teling Atas, Karombasan Selatan, Karombasan Utara, Ranotana Weru dan kelurahan Tanjung Baru.

25. Tumumpa berasal dari kata tumumpa, bahasa Sangihe, yang artinya turun dari perahu sambil melompat. Pengertian yang hampir sama tentang kata tumumpa juga terdapat dalam bahasa Toulour, Tombulu, Tonsea dan Tontemboan, yang artinya turun dari suatu ketinggian, misalnya turun dari tangga rumah, turun dari mobil, atau turun dari gunung.  Dalam bahasa Bantik, Tumumpa berasal dari kata tumumpa’, yang artinya mendarat atau berlabuh dengan perahu, atau turun dari suatu ketinggian tertentu.

26. Malalayang diambil dari kata melayang-layang. Menurut pemerintah kolonial Belanda,  suara atau nyanyian orang Bantik saat bekerja di kebun sangat merdu dan melayang-layang. Kemungkinan lainnya, pemerintah kolonial Belanda menilai orang Bantik seperti orang yang melayang-layang. Dari kata melayang-layang inilah asal nama Malalayang. Menurut sub etnis Bantik, nama Malalayang yang sebenarnya adalah Minanga. Minanga berasal dari kata malringanga, yang artinya doa permohonan kepada Tuhan.

Malalayang merupakan salah satu kecamatan di kota Manado, yang terdiri dari 8 (delapan) kelurahan, yaitu: kelurahan Malalayang I, Malalayang II, Malalayang I Barat, Malalayang I Timur, Winangun I, Winangun II, Bahu dan kelurahan Kleak.

27. Bitung Karangria diambil dari nama pohon bitung (barringtonia asiatica-keben) dan batu karang, bahasa Sangihe. Dikisahkan bahwa dahulu di kelurahan yang sekarang bernama kelurahan Bitung Karangria terdapat banyak pohon bitung (keben) dan batu karang.

28. Bunaken berasal dari kata wunakeng, yang artinya tempat tiba dan untuk mendaratkan perahu di pantai. Kata wunakeng merupakan  kependekakan dari kata pamunakeng (bahasa Sangihe). Dikisahkan bahwa dahulu orang-orang dari kerajaan Bowontehu tiba dan mendaratkan perahu mereka di pulau yang sekarang ini dikenal dengan nama Bunaken.

Bunaken merupakan nama salah satu kecamatan. Ada dua kecamatan yang bernama Bunaken, yaitu: kecamatan Bunaken dan Bunaken Kepulauan.Kecamatan Bunaken terdiri dari  5 (lima) kelurahan, yaitu kelurahan  Molas, Meras, Pandu, Bailang, dan kelurahan Tongkaina. Sedangkan kecamatan Bunaken Kepulauan terdiri dari 4 kelurahan, yaitu: kelurahan Bunaken, Alung Banua, Manado Tua I dan kelurahan Manado Tua II.

29. Siladen berasal dari kata peniladen, lalu berubah menjadi siladen (bahasa Sangihe), yang artinya tempat sandaran perahu atau tempat untuk menyandarkan perahu di tepi pantai.

30. Pakowa berasal dari kata pakewa, bahasa Tombulu, adalah nama pohon yang berasal dari famili Rubiaceae. Tricalysia Minahassae Comb. Nov, adalah nama ilmiahnya.

Tulisan bagian II sementara dirampungkan; bisa cepat dan bisa juga lama; lebih cepat lebih baik jika ada yang turut membantu mencari tahu arti nama kecamatan, kelurahan, kampung, atau tempat di kota Manado, misalnya arti Tikala, Ares, Sario, Calaca, Titiwungen, Sindulang, Bailang, Mahawu, Tuminting, Mapanget, Ranomuut, Malendeng, Wawoinasa, Banjer, Dendengan, Liwas, Karame, Ternate Baru (di mana letak Ternate lama), Ketang Baru (di mana letak Ketang lama), Ternate Tanjung, Sumompo, kampung Merdeka.

Mungkin ada yang tahu wilayah mana dahulu yang masuk Paal ganjil, maksudnya Paal I dan III yang kini telah hilang, atau tidak digunakan lagi; sebab yang  ada sekarang hanya Paal genap (Paal II dan IV).

Sebagian arti nama tempat yang disebutkan pada bagian II, penulis telah temukan, namun masih meragukan kebanarannya. Misalnya arti Titiwungen, penulis telah temukan pada sejumlah tulisan/dokumen, yang artinya digali; namun penulis butuh penjelasan tentang arti kata digali, maksudnya apa yang digali? Berasal dari bahasa apa Titiwungen (Toulour, Tombulu, Tontemboan, Tonsea, Bantik, atau dari bahasa yang lainnya?).(Manadokota.go.id)

TAGS
Share This