Metamorfosis QRIS Menjadikan Sulawesi Utara ‘Rising Star’ Transformasi Digital Ekonomi

Metamorfosis QRIS Menjadikan Sulawesi Utara ‘Rising Star’ Transformasi Digital Ekonomi

Implementasi Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) di Sulawesi Utara telah berhasil menciptakan gelombang transformasi digital yang signifikan dalam perekonomian daerah. Dengan meningkatnya penggunaan QRIS, literasi digital masyarakat yang tinggi, dan angka transaksi digital yang melonjak, Sulawesi Utara kini layak disebut sebagai Rising Star di Indonesia Timur.

Kolaborasi antara Bank Indonesia, pemerintah daerah, sektor perbankan, dan pelaku usaha telah memainkan peran kunci dalam memposisikan QRIS sebagai inti dari digitalisasi ekonomi. Upaya bersama ini tidak hanya bertujuan untuk mempermudah transaksi, baik lokal maupun internasional, tetapi juga untuk memperluas jangkauan dan pemahaman literasi digital di masyarakat. Dengan dukungan komunitas, QRIS mampu merangsang inklusi keuangan yang lebih luas, membuka akses bagi berbagai kalangan masyarakat, serta  secara holistik produktivitas ekonomi mengalami peningkatan.

Pencapaian ini menunjukkan bahwa, Sulawesi Utara tidak hanya beradaptasi dengan perkembangan teknologi, tetapi juga menjadi teladan bagi daerah lain di Indonesia. Metamorfosis QRIS dari sebuah inovasi nasional menjadi ekosistem pembayaran digital yang cepat, aman, dan universal menandakan kemajuan pesat dalam dunia finansial. QRIS kini bukan hanya alat untuk transaksi harian tetapi juga menjadi tulang punggung bagi inklusi keuangan digital yang lebih besar, mendukung Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) serta sektor ritel besar.

Integrasi ekonomi global Indonesia pun semakin diperkuat dengan adanya transformasi ini. QRIS memberikan jalan bagi masyarakat untuk mengakses pasar yang lebih luas, memfasilitasi transaksi lintas negara, dan menciptakan peluang baru bagi perkembangan ekonomi. Dengan segala pencapaian ini, Sulawesi Utara semakin menonjol sebagai pusat inovasi dalam bidang teknologi keuangan, menjadikannya sebagai contoh inspiratif bagi provinsi lain di seluruh Indonesia.

Dengan demikian, implementasi QRIS di Sulawesi Utara bukan sekadar aspek transaksi, melainkan jembatan menuju era baru dalam digitalisasi ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Sebagai Rising Star di Indonesia Timur, Sulawesi Utara siap menghadapi tantangan masa depan dengan keberanian, inovasi, dan kolaborasi yang kuat.

**

Problematika Pengguna QRIS  di Era Disrupsi

Sejak menikah pada usia muda (17 tahun), Paula Saul sudah mulai berdagang Barito (bawang, rica, tomat) untuk membantu suami  membiayai keluarga.’’ Saat itu, kondisi keluarga menuntut saya harus membantu suami mencari nafkah,’’ kata Oma Paula, memulai kisahnya sebagai pedagang. Sambil menyusun gula aren di depannya, wajah wanita lansia (65 tahun) ini terlihat sedikit berubah. Dahinya mulai menampakkan kerutan, mungkin dia berusaha mengingat masa mudanya.

Paula Saul sejak 17 tahun sudah menjadi pedagang

Oma Paula bisa disebut sebagai sosok perempuan yang tekun dan memiliki semangat perjuangan tinggi untuk mempertahankan usahanya. Setelah suaminya meninggal, dia mampu membiayai kuliah tiga anaknya di luar Sulawesi Utara dan kini sudah meniti karier menjadi PNS. Bahkan saat ini, Oma Paula yang berhati mulia sedang membiayai kuliah cucu perempuannya.

“Prinsipnya, saya tidak mengenal kata menyerah, meskipun saya menghadapi tantangan seperti perubahan kondisi ekonomi, persaingan sesama pedagang termasuk kesulitan mendapatkan modal. Saya menyadari dan terus meyakini bahwa Tuhan adalah sumber segala berkat,” kata Paula saat ditemui sulutdaily.com di lapak Sembako Pasar Bersehati Manado, Jumat (12/09/2025).

Pedagang kecil seperti Oma Paula, bisa bertahan dan berkembang selama beberapa dekade dengan ketidakpastian ekonomi karena kegigihan, penyesuaian, dan dedikasinya mencintai pekerjaan sebagai pedagang kecil di pasar.

Mengenai beradaptasi dengan perkembangan zaman, Oma Paula mengaku harus berguru pada anak dan cucu. Tentang pembayaran digital melalui QRIS, ia mengaku sudah menggunakan sejak dua tahun lalu.

“Namun ada pengalaman kurang menyenangkan. Pada waktu itu ada transaksi Merchant QRIS sebesar Rp 350.000 di kios, tetapi tidak tahu kenapa, tidak masuk ke bank dan saya tidak bisa mendapatkan uang tersebut. Memang jumlahnya mungkin tidak banyak, tetap bagi saya itu berpengaruh besar untuk keberlangsungan usaha,” cerita Oma Paula.

“Karena kejadian itu, saya memutuskan untuk tidak menggunakan QRIS lagi; selain tunai, banyak pembeli dan langganan membayar dengan sistem transfer,” ujarnya.

‘’Namun saya sudah ditawarkan untuk kembali menggunakan Merchant QRIS. Dari bank sudah ada yang datang. Rencananya mau aktifkan kembali karena katanya QRIS sekarang sudah lebih baik dan sebagai pedagang yang mau berkembang, saya menyadari harus mengikuti perkembangan teknologi,’’ kata Oma Paula sambil mengakui bahwa dirinya sangat berhati-hati dengan transaksi digital apalagi umurnya sudah lansia. Ia berharap cucunya usai kuliah akan meneruskan usaha yang dirintisnya sejak 48 tahun silam.

Ingeline Sondakh, ST, STh, Direktur Utama PT. Prima Crescendo Abadi (PCA) mengakui  sejak QRIS beroperasi tahun 2020, PT PCA baru menggunakan Merchant QRIS BNI 2 tahun lalu. Diakui Ingeline, Merchant QRIS mendapatkan banyak keuntungan seperti percepatan transaksi, penghematan biaya operasional dan perlindungan dari uang palsu.

‘’Termasuk kemudahan pencatatan transaksi secara otomatis yang mendukung pengembangan usaha kami,’’ kata Ingeline saat ditemui sulutdaily.com di Lokasi booth Festival Sulut Sehat tahun 2025 yang dilaksanakan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara di Mall Manado Town Square 3 pekan lalu.

PT PCA  berdiri sejak tahun 2011 dan merupakan perusahaan lokal yang  memiliki representatif Office di Jakarta dan fokus pada distribusi berbagai merk alat kesehatan ternama seperti Sahi, Foremedicall, Assa, Inka, Tulip, dan Forsch Medical.

‘’Menggunakan QRIS juga meningkatkan kredibilitas usaha dan mendorong inklusi keuangan digital untuk semua kalangan pelaku usaha. Oleh karena itu, QRIS menjadi solusi pembayaran digital yang sangat tepat untuk mendukung kemajuan bisnis kami, tetapi tetap harus waspada karena kejahatan digital juga sedang marak.’’ kata Ingeline didampingi Komisaris PT PCA Ronald V. Pelealu, ST, STh.

Penggunaan QRIS di era disrupsi menghadapi tantangan besar yang berakar pada faktor literasi digital yang rendah, infrastruktur terbatas, risiko keamanan siber, dan kebiasaan sosial yang masih mengandalkan transaksi tunai. Untuk mengatasi problematika ini secara menyeluruh diperlukan kolaborasi aktif antara pemerintah, institusi keuangan, pengembang teknologi, dan masyarakat agar transformasi digital di sektor pembayaran bisa berlangsung dengan inklusif, aman, dan berkelanjutan.

**

Lustrum QRIS di Sulawesi Utara, Membanggakan

Sejak diluncurkan pada tahun 2019 dan mulai operasional tahun 2020, hingga hingga saat ini, transaksi QRIS di seluruh Indonesia tercatat sebesar 7,4 miliar transaksi dan menjangkau 57,3 juta pengguna serta 39,9 juta merchant di seluruh Indonesia yang lebih dari 93% di antaranya adalah pelaku UMKM. Itu artinya lustrum (masa periode 5 tahun) QRIS di Sulut sangat membanggakan.

Kepala BI Sulut Joko Supratikto

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi  Sulawesi Utara Joko Supratikto mengungkapkan akseptasi masyarakat Sulawesi Utara terhadap QRIS menunjukkan capaian yang membanggakan. Sejauh ini berdasarkan data pada periode Januari hingga Juli 2025, QRIS telah digunakan oleh lebih dari 335 ribu merchant, tumbuh 17,8% yoy, dan 505 ribu pengguna, tumbuh 11,2% yoy.

‘’Dengan capaian tersebut, Sulawesi Utara menempati peringkat kedua tertinggi di wilayah Sulampua dari sisi jumlah merchant dan pengguna,’’ kata Supratikto kepada Sulutdaily.com.

Menurut pria yang  lahir di Kota Boyolali tahun 1968 ini, transaksi QRIS di Sulawesi Utara juga meningkat secara pesat, mencatatkan 32,81 juta transaksi pada periode 2025, tumbuh signifikan lebih dari 224,82% (yoy).

‘’Capaian ini menegaskan posisi Sulawesi Utara sebagai rising star transformasi digital ekonomi regional, sekaligus menjadi contoh percepatan adopsi QRIS di kawasan timur Indonesia,” ujarnya optimis.

Pada tahun 2025, terdapat target strategis QRIS yang ditetapkan Bank Indonesia yaitu 40 juta merchant; 6,5 miliar transaksi; dan 58 juta pengguna. ‘’Dalam mencapai target tersebut tantangannya adalah Sulawesi Utara secara geografis wilayahnya luas, terdiri dari 15 Kab/Kota yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda serta tingkat akseptasi digital yang berbeda pula,’’katanya.

BI merancang sebuah solusinya yakni  melakukan  ragam kegiatan dan program sesuai dengan karakteristik wilayah. Misalnya, di Kota Tomohon dan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur pernah dilaksanakan kegaitan pemberian insentif bagi wajib pajak/retribusi yang membayar pajak menggunakan QRIS.

‘’ Bank Indonesia Sulawesi Utara mencetak rekor MURI dengan penjualan 3.001 porsi Nasi Kuning Daun Woka secara eksklusif menggunakan QRIS di puncak Pekan QRIS Nasional (PQN) 2025. Ini sebagai bukti keberhasilan digitalisasi pembayaran yang berpadu dengan budaya local,’’ jelas Supratikto.

BI Sulut juga melakukan kampanye QRIS Lintas Negara (Cross Border) secara megah di ajang Tomohon International Flower Festival 2025 dengan mobil hias spektakuler yang mengusung tema QRIS Antar Negara, menampilkan ikon utama ‘Garuda Emas’ yang memeluk bola dunia sebagai simbol visi besar Indonesia Emas 2045.

‘’ TIFF merupakan momen strategis untuk memperluas pemahaman dan adopsi QRIS Cross Border di masyarakat luas. Kampanye ini berhasil menarik antusiasme tinggi dari pengunjung dan mendulang dua penghargaan utama yakni Juara 1 Mobil Hias Terbaik kategori Big Float dan Juara 1 Stand UMKM Favorit,’’ ujanya.

Ia juga memastikan, terobosan baru BI untuk mempertahankan capaian dengan  QRIS Merchant Presented Mode (MPM): QRIS yang disediakan oleh pedagang/merchant. Terdapat dua jenis: QRIS Statis (tidak bergerak/berubah) dan QRIS Dinamis (berubah-ubah per transaksi, biasanya di generate mesin EDC).

QRIS Tanpa Tatap Muka: Merchant dapat mengirimkan gambar QRIS kepada pengguna, jadi dapat membayar melalui mengunggah foto QRIS.  QRIS Customer Presented Mode (CPM): QRIS ditunjukkan oleh pengguna sebagai pihak yang akan membayar kemudian dipindai oleh penjual/merchant.

QRIS Tuntas: fitur untuk tarik, setor, dan transfer tunai menggunakan QRIS. QRIS Antar Negara atau QRIS Cross Border: dapat menggunakan QRIS sebagai kanal pembayaran di luar negeri (Singapura, Thailand, Malaysia, dan Jepang) dan QRIS TAP (Tanpa Pindai): QRIS yang menggunakan teknologi berbasis NFC, sehingga tidak perlu memindai QRIS.

Untuk mencapai target penggunaan QRIS di Sulawesi Utara, tantangan utama yaitu kestabilan jaringan internet dan penyebaran teknologi perlu diatasi dengan peningkatan infrastruktur serta edukasi yang masif.

‘’Kerjasama antara Bank Indonesia, perbankan lokal, dan masyarakat, terutama melalui pemberdayaan generasi muda, menjadi kunci utama dalam mempercepat digitalisasi sistem pembayaran di Sulut,’’ tutup Supratikto.

**

 QRIS Cermin Budaya Mapalus

QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) telah membawa perubahan signifikan dalam sistem pembayaran digital di Indonesia. Sejak diperkenalkan pada tahun 2019, QRIS tidak hanya menciptakan sebuah standar nasional yang praktis, cepat, dan aman, tetapi juga memicu transformasi di berbagai sektor ekonomi, termasuk di Sulawesi Utara.

Dr. Christoffel M. O. Mintardjo, SE, MM, QRMP, seorang pengamat ekonomi digital, mengapresiasi kemajuan QRIS di Sulawesi Utara. Ia menegaskan bahwa QRIS adalah jembatan penghubung yang menyatukan pelaku usaha dan konsumen serta menyediakan akses ke sistem keuangan formal.

Dr. Christoffel M. O. Mintardjo, SE, MM, QRMP

Dari perspektif budaya lokal, QRIS mencerminkan nilai-nilai mapalus, yang merupakan tradisi gotong royong khas Minahasa. Prinsip efisiensi, kebersamaan, dan saling mendukung yang terdapat dalam mapalus sejalan dengan tujuan QRIS untuk memudahkan proses transaksi dengan menyatukan bank dan fintech melalui satu kode pembayaran.

‘’Dengan demikian, QRIS dapat dilihat sebagai modernisasi dari nilai-nilai budaya lokal yang pada gilirannya mempercepat pergerakan ekonomi yang lebih adil dan inklusif,’’

Namun, Dosen Jurusan Manajemen FEB Unsrat Manado yang memiliki sejumlah bidang keahlian Entrepreneurship, Startup, Technology Entrepreneur, Business Digital dan Digital Business ini   mengingatkan bahwa masih ada tantangan yang harus dihadapi untuk meningkatkan adopsi QRIS di Sulawesi Utara.

Pertama, literasi digital dan keuangan masyarakat perlu ditingkatkan. Banyak pelaku usaha kecil yang belum memahami teknologi pembayaran digital. Oleh karena itu, sosialisasi dan pendampingan berbasis komunitas sangat diperlukan.

Kedua, infrastruktur jaringan dan konektivitas harus diperkuat, terutama di daerah kepulauan yang masih menghadapi kendala sinyal internet.

Ketiga, Integrasi QRIS dengan ekosistem lokal juga penting. Tidak hanya berfungsi sebagai alat pembayaran, QRIS seharusnya  menjadi bagian dari ekosistem ekonomi berbasis budaya dan potensi lokal. Bayangkan kalau pembayaran digital sudah menyatu dengan festival budaya, kuliner khas seperti tinutuan dan cakalang fufu, atau layanan wisata bahari.

‘’Itu akan membuat QRIS tidak sekadar teknologi, melainkan bagian dari cerita besar ekonomi Sulut,’’ujarnya bersemangat.

Keempat, perlindungan konsumen dan pelaku usaha. Dalam budaya kita ada nilai torang samua basudara (kita semua bersaudara, red). Artinya, kepercayaan adalah hal yang utama. Kalau QRIS ingin dipercaya, maka keamanan transaksi, perlindungan data pribadi, dan mekanisme penyelesaian masalah harus dijamin.

Bank Indonesia memiliki peran krusial dalam memastikan keberlanjutan dan inklusivitas digitalisasi ekonomi. Sebagai Lulusan Program Doktor Ilmu Manajemen FEB UB Malang, Konsentrasi Kewirausahaan Teknologi dan Bisnis Startup Digital, Dr Mintardjo mengusulkan beberapa langkah strategis untuk memperkuat ekosistem QRIS di Sulawesi Utara. Diantaranya adalah program literasi digital berbasis komunitas dan percepatan digitalisasi UMKM.

‘’Inisiatif seperti “Gerakan 1000 Warung QRIS” atau “Pasar Digital Mapalus” dapat membantu UMKM dalam beradaptasi dengan perubahan,’’ujarnya.

Terakhir, Dr Mintardjo mendorong pelaku UMKM untuk tidak takut berubah dan memanfaatkan teknologi digital dengan baik. Dengan semangat mapalus dan filosofi Si Tou Timou Tumou Tou, ia yakin UMKM di Sulawesi Utara dapat memanfaatkan peluang digitalisasi untuk mencapai kemandirian dan daya saing global.

”Dengan demikian, QRIS bukan hanya sekadar alat pembayaran; ia adalah cerminan dan penguat budaya kolaboratif yang menjadikan ekonomi Sulawesi Utara semakin maju dan menjadi Rising Star transformasi digital ekonomi di Indonesia Timur,” .(Jeane Rondonuwu)

CATEGORIES
TAGS
Share This