Lambat, Pertumbuhan Ekonomi Sulut 2018 Hanya 6,01 Persen (1)
Pertumbuhan Ekonomi Sulut 2018 Mengalami Perlambatan
SULUTDAILY|| Manado- Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara tahun 2018 tercatat sebesar 6,01% (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan ekonomi tahun 2017 yang mencapai 6,31% (yoy) . Hal ini dikatakan Kepala Kantor perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Utara Soekowardojo dalam rilisnya Rabu (06/02/2019),
”Dari sisi lapangan usaha, melambatnya kinerja tiga sektor lapangan usaha utama yaitu Pertanian, Industri dan Konstruksi menyebabkan pertumbuhan ekonomi Sulut secara keseluruhan melambat. Sebaliknya, penguatan pertumbuhan dua lapangan usaha perdagangan daun transportasi menjadi penahan perlambatan lebih dalam pertumbuhan ekonomi Sulut,”katanya.
Lapangan usaha pertanian Sulut terutama ditopang oleh tiga sub lapangan usaha utama, yaitu: Tanaman Pangan, Perkebunan Tahunan dan Perikanan. Perlambatan terjadi pada sub lapangan usaha Tanaman Pangan (komoditas utama: beras/padi) dan sub lapangan usaha Perkebunan (komoditas utama: kelapa, cengkih, dan pala), sementara sub lapangan usaha perikanan cenderung stabil, namun secara keseluruhan pertumbuhan lapangan usaha pertanian melambat. Perlambatan sektor pertanian terutama disebabkan oleh kegagalan panen tanaman pangan di Triwulan II, sehingga produksi tanaman pangan tahun 2018 melambat dibandingkan tahun 2017.
Sementara itu, harga coconut oil (CNO) yang terkontraksi menyebabkan penurunan harga kopra di tingkat petani sehingga mengurangi insentif petani untuk berproduksi lebih banyak di tahun 2018. Selain sektor pertanian, perlambatan juga terjadi di lapangan usaha industri yang didominasi oleh industri pengolahan makanan dan minuman (produk olahan kelapa dan olahan ikan) dengan pangsa 84% dari total output sektor industri pengolahan.
Produksi olahan kelapa dan olahan ikan tersebut sangat dipengaruhi oleh pergerakan harga dunia komoditas tersebut, dimana sepanjang 2018, harga rata-rata komoditas CNO terkontraksi sebesar 37,63% (yoy) yang berimplikasi pada berkurangnya insentif bagi industri untuk meningkatkan produksi. Perlambatan pertumbuhan produksi ini tercermin dari nilai ekspor minyak nabati & hewani tahun 2018 yang terkontraksi sebesar 16,23%(yoy), turun secara signifikan dibanding 2017 yang tumbuh sebesar 2,72% (yoy).
Lapangan usaha konstruksi tercatat tumbuh 7,16% (yoy) melambat
dibandingkan tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,41%(yoy). Realisasi belanja modal pemerintah yang belum optimal di Semester I 2018 ditengarai menjadi faktor penyebab melambatnya pertumbuhan konstruksi di tahun 2018. Namun, percepatan realisasi anggaran belanja modal dan percepatan pembangunan proyek strategis nasional di Semester II 2018 menjaga pertumbuhan konstruksi Sulawesi Utara tetap diatas 7%.
kinerja lapangan usaha Perdagangan dan Transportasi tumbuh menguat. Penguatan kinerja sektor perdagangan tercermin dari rata-rata indeks Tendensi Konsumen BPS yang pada tahun 2018 sebesar 107,74 lebih tinggi dibandingkan tahun 2017 sebesar 103,38.
Peningkatan lapangan usaha perdagangan khususnya didukung oleh pariwisata melalui kedatangan wisatawan manacanegara (wisman) ke Sulawesi Utara yang pada 2018 masih tercatat tumbuh tinggi di angka 53,97% (yoy).
Peningkatan kinerja sektor transportasi terjadi di dua sub lapangan utama yakni Transportasi Darat dan Transportasi Udara. Kinerja Transportasi Darat yang menguat tercermin dari peningkatan kuantitas transportasi online yang saat ini sudah ada di lebih dari 5 kota di Provinsi Sulawesi Utara. Sedangkan, penguatan sub lapangan usaha Transportasi Udara terutama didukung oleh adanya penerbangan langsung Manado-Tiongkok. (Jr/bersambung)