
Joan, Ratu Manado 1969 Sebut Remy Sylado Centre & Galery Ide Brilian
SULUTDAILY|| Membangun destinasi wisata budaya ‘Remy Sylado Centre & Galery’ di Manado, Sulawesi Utara merupakan ide brilian yang harus didukung oleh warga Sulut dan pemerintah daerah.
Hal ini diungkapkan Joan Ilona Octova Raturandang Leleury , Ratu Manado tahun 1969 yang kini berstatus Istri Wakil Bupati Maluku Tengah dua periode (2012-2016 dan 2018-2022) Marlatu Laurence Leleury SE saat diwawancarai sulutdaily.com disela-sela acara Pertemuan Raya Perkumpulan Senior GMKI di Bitung pekan lalu.

Menurut penulis buku otobiografi Apa yang Kau Cari Joan? Figur Japi Panda Abdiel Tambayong bersama semua karya yang dimilikinya adalah aset budaya bagi bangsa Indonesia.
” Jika om Yapi memiliki hasrat untuk membawa semua karyanya ke Sulawesi Utara dalam bentuk ‘Remy Sylado Centre dan Galery’, itu sangat luar biasa dan akan berdampak positif bagi Sulut untuk menambah khasanah budaya di daerah Nyiur Melambai,” kata Joan seorang PR handal yang sukses di Jakarta.
Ia begitu yakin dengan kepribadian Remy Sylado yang mencintai tanah Minahasa. Sejumlah karya telah dibuat untuk menandai dirinya adalah putra asli Minahasa. Salah satunya buku Kamus Bahasa dan Budaya Manado.
Salah satu perempuan yang mendirikan Himpunan Seni dan Budaya Minahasa (Himsa) untuk memperkenalkan kain tenun khas Minahasa yakni Bentenan ini, menuturkan cerita ketika pertama kali bertemu Remy Sylado.
” Usai lulus Perguruan Tinggi Klabat ( sekarang Universitas Klabat) bersama papi dan mami saya ke Jakarta dan satu pesawat dengan om Remy. Saya duduk disampingnya, berkenalan dan bercerita dengan santai. Tiba-tiba pesat mengalami turbulensi. Kami sontak ketakutan, om Remy pegang tangan saya dan berkata ‘ Joan berdoa”,” kata Joan.
Saat transit di Makassar ( dulu Ujungpandang), lanjut cerita Joan- kondisi di Jakarta tidak stabil karena Peristiwa Malari (Malapetaka Limabelas Januari) . Terjadi demonstrasi mahasiswa dan kerusuhan sosial yang pada 15 Januari 1974. Jadi harus menunggu di Makassar hingga suasana kondusif.

” Dimomen tersebut, saya banyak mendapat wejangan dari om Remy, tentang bagaimana seorang perempuan Manado yang berstatus Ratu Manado hidup di Ibukota Jakarta. Tak hanya kehidupan entertainment dan seni budaya yang kami bahas, tetapi kehidupan kerohanian juga menjadi tema menarik dalam diskusi kami. Beliau memiliki prinsip kekristenan yang begitu kuat,” ujarnya.
Setelah pertemuan itu, saat aktivitas di Jakarta kami masih sering bertemu, apalagi dalam acara-acara orang Manado di Jakarta.
” Om Remy terkenal ‘mbeling’, kritis terhadap kehidupan sosial. Beliau seorang jurnalis, sastrawan, budayawan, pelukis, penyair, sutradara, penyanyi. Susah mendapatkan figur seorang maestro seperti om Remy. Sulawesi Utara harus berbangga,” tutur Joan yang saat itu bersama Ketua Tim Remy Sylado Centre Dr Eleonora Moniung SH MH yang juga adalah keponakan Remy Sylado.
Joan berharap hasrat om Remy menempatkan semua karyanya dalam ‘Remy Sylado Centre & Galery’ bisa didukung oleh semua pihak , termasuk pemerintah daerah Sulawesi Utara. ” Semoga apa yang di inginkan om Remy bisa dicapai, Saya sangat support,” tutup Joan.(Jr)