
Lestarikan Bahasa Tonsea dengan Festival Maengket
SULUTDAILY|| Minut- Dinas Pariwisata Minahasa Utara (Dispar Minut), menyelenggarakan Festival Maengket berbahasa Tonsea (bahasa Suku Asli Minahasa Utara), Selasa (11/12/2018) di Restoran Gunung Kekewang Desa Tetey Kecamatan Dimemebe.
Kepala Dinas Pariwisata dr Sandra Rotie melalui Kepala Seksi Bidang Ekonomi Kreatif Berbasis Seni Budaya, Mersi Sigarlaki SE mengatakan penyelenggaraan festival Maengket Tonsea tersebut sejalan dengan visi dan misi Bupati Minut. “ Festival ini digelar sebagai implementasi visi dan misi Bupati Ibu Bupati Vonnie Aneke Panambunan yang mengedepankan sektor pariwisata dan kebudayaan. Festival Maengket ini merupakan bagian dari program pelestarian nilai-nilai budaya Tanah Tonsea,” Mersi.
Menurut Mersi Sigarlaki Festival Maengket kali ini terbilang berbeda dari berbagai festival yang pernah digelar Dispar Minut sebelumnya. “Selain tampil berbeda, festival kali ini diikuti sanggar-sanggar unggulan dipandu narasumber Joseph Weku (Pemerhati Budaya dan pelatih Maengket) senior. Ini beda dengan lomba biasanya, karena panitia bukan mengedepankan siapa juara satu, dua maupun tiga,” jelasnya
Suasana lomba kian menarik kerena usai Tari Maengket dilombakan, peserta langsung mempresentasikan jati diri dan menceritakan legenda dari Tari Maengket yang dibawakan oleh kelompok masing-masing. Misalnya sumber serta asal-muasal, riwayat, sampai makna daripada Tarian dan Bahasa Tonsea ini harus mampu diterjemahkan , kalau tidak, kian hari generasi penerus kita kian kabur dalam mengenal lebih dalam aneka Tari Maengket yang diperlombakan tanpa mau tahu, apa bahasa, tarian dan makna dari kata-kata yang tertuang didalamnya. Apa sudah benar atau salah, mengingat ada beberapa versi seperti Maengket naik rumah baru (Maramba) serta Lalayaan, sudah keliru dilakukan pada wakru dan tempat yang salah.
Pelaksaan Festival Maengket kegiatan didukung penuh oleh Sekretaris Dispar Dra Sri Heyber, Kabid Budaya Gerald Katili, Kabid Pemasaran Jansen, Armien Repi Budayawan senior yang sudah malang melintang ke segala pelosok, serta Herry Welang budayawan berdarah Tombulu yang sekarang berdomisili di Desa Kuwil Kecamatan Kalawat.
Festival ini juga mayoritas mengedepankan dan menampilkan Sastra Tonsea, kecuali 1 peserta berbahasa Tombulu, yaitu budayawan dari Woloan (Tomohon) sebagai pembanding. Kegiatan ini diikuti 12 group atau sanggar yang sudah melewati proses seleksi akurat, terutama terkait penggunaan Bahasa Tonsea.(Jr)