Virus Cacar Monyet Masuk Singapura, Cegah Penularan Dengan Cara Ini!

Virus Cacar Monyet Masuk Singapura, Cegah Penularan Dengan Cara Ini!

SULUTDAILY|| Singapura – Virus cacar monyet atau monkeypox ditemukan dari seorang warga Nigeria yang tiba di Singapura 28 April 2019. Warga berusia 38 tahun ini dinyatakan positif terjangkit pada 8 Mei 2019 dan sampai hari ini Senin (13/05/2019) kabarnya tengah dirawat dalam ruang isolasi di National Centre for Infectious Diseases (NCID) MOH (Ministry of Health) Singapura.

Virus penyebab cacar monyet termasuk dalam genus Orthopoxvirus, keluarga Poxviridae. Infeksi dari hewan ke manusia termasuk langka dengan gejala yang mirip seperti cacar pada manusia atau smallpox, yang sudah lenyap sejak 1980-an.

Cacar monyet adalah penyakit langka dan berbeda dengan cacar air. Penyakit ini ditularkan dari hewan ke manusia, terutama di Afrika bagian tengah dan barat. Penyakit ini muncul ketika seseorang melakukan kontak dekat dengan hewan yang terinfeksi, seperti tikus atau monyet.

Demikian Dilansir dari Channel News Asia. Pasien yang terjangkit di Singapura baru saja pulang dari acara pernikahan anggota keluarganya di Nigeria. Ia kemudian datang ke Singapura dan tinggal di Hotel 81 Orchid yang berada di alamat 21 Lorong 8 Geylang.

“Saat hadir di acara keluarga, pasien makan daging hewan liar yang mungkin mengandung virus cacar monyet. Kami telah menawarkan vaksin kepada 23 orang yang sempat kontak dengan pasien sebagai upaya pencegahan. Saat ini kami terus mengawasi kesehatan pasien,” tulis MOH.

Pasien tersebut kini berada dalam kondisi stabil. Namun beredar kabar virus ini sudah menjangkiti beberapa orang hanya saja belum terdata resmi.

Direktur Eksekutif NCID Leo Yee Sin mengatakan cacar monyet tidak menular seperti flu biasa. Virus monyet bisa disembuhkan hanya saja jika pasien terjangkit tidak mendapat penanganan medis yang sesuai maka bisa menyebabkan kematian. “Rantai penularan dapat diputuskan melalui pelacakan kontak dan karantina orang yang pernah berkontak dekat,” katanya.

Kementerian Kesehatan Singapura mengatakan penyakit ini biasanya sembuh sendiri dengan sebagian besar pasien sembuh dalam dua hingga tiga minggu.

Lembaga itu telah melakukan pelacakan kontak dan mengidentifikasi 23 orang yang melakukan kontak dekat dengan pasien.  Mereka termasuk 18 orang yang menghadiri seminar yang sama, satu anggota staf dari tempat seminar di 3 Church Street, dan empat karyawan hotel.

Salah satu peserta seminar yang telah meninggalkan Singapura pada tanggal 5 Mei, sebelum pasien ditemukan dan didiagnosis menderita monkeypox, telah melaporkan kepada kementerian bahwa dirinya tetap sehat tanpa gejala tertular infeksi itu.

Pemerintah Batam menyadari salah satu daerah pintu masuk ke Indonesia langsung melakukan pencegahan dengan thermal Detector khusus di pelabuhan International yaitu seperti alat pemindai suhu tubuh untuk mendeteksi wisatawan, Senin (13/05/2019). Setiap orang yang didapati memiliki suhu tubuh yang tinggi dari angka normal akan mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut.

Sampai berita ini diturunkan belum ada pemberitahuan dari pemerintah Batam terkait temuan baru warga terjangkit virus cacar monyet.

Penularan virus monkeypox bisa terjadi dari manusia ke manusia. Lewat kontak dekat dengan sekresi saluran pernapasan yang terinfeksi, luka pada kulit penderita atau objek yang telah terkontaminasi cairan tubuh penderita.

Ciri-ciri seseorang terjangkit monkeypox antara lain mengalami demam, sakit kepala intens, nyeri otot, nyeri punggung, pembengkakan kelenjar getah bening atau nodus limfa (limfadenopati), dan kekurangan energi.

Setelah 1-3 hari demam dimulai, ruam pada kulit mulai muncul. Ruam tersebut mulai muncul dari area wajah, dan menyebar ke seluruh tubuh. Pada 95 persen kasus cacar monyet, wajah pasien menjadi bagian yang paling banyak mengalami ruam. Sedangkan adapun 75 persen kasus, bagian telapak tangan dan kaki pasien mengalami ruam banyak.

Dalam waktu 10 hari, luka berevolusi menjadi lepuhan kecil berisi cairan, bintil dan akhirnya mengerak. WHO menjelaskan untuk menghilangkan kerak sepenuhnya, diperlukan waktu tiga minggu, meski pasien telah menjalani perawatan untuk cacar monyet.

Penderita cacar monyet akan kembali mengalami pembengkakan nodus limfa sebelum ruam menghilang.

Bagaimana cara mengobatinya?

Demikian dilansir dari Kompas, hingga saat ini, belum ada perawatan atau vaksin untuk menangani virus cacar monyet. Namun, terdapat studi menunjukan bahwa vaksin variola 85 persen efektif mencegah cacar monyet.

Sayangnya vaksin tersebut sudah tidak diproduksi lagi. Itulah mengapa cara terbaik untuk menghentikan penyebaran virus cacar monyet adalah dengan mencegah infeksinya.

Hal penting untuk pengobatan adalah segera ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.

Pencegahan yang bisa dilakukan supaya tidak terjangkit virus monkeypox ini antara lain menghindari berkunjung ke daerah yang mengalami wabah cacar monyet.

Pencegahan infeksi cacar monyet bisa dengan mengurangi interaksi hewan ke manusia, terutama di daerah yang sedang mengalami wabah tersebut.

Jika hendak berkontak langsung dengan hewan, upayakan untuk menggunakan pelindung, seperti sarung tangan.

Hindari kontak fisik dekat dengan orang-orang yang menderita cacar monyet.

Selalu gunakan pakaian pelindung ketika merawat penderita cacar monyet, dan cuci tangan setelahnya.

Konsultasi ke dokter yang berkompeten apakah perlu mendapatkan vaksin pencegahan atau tindakan lainnya. Hal ini berkaitan dengan kondisi setiap orang yang berbeda daya tahan tubuhnya. Seseorang yang data tahan tubuhnya tinggi karena pola makan dan tentu pola hidup yang sehat kemungkinan besar sulit terjangkit virus ini. (yr)

CATEGORIES
TAGS
Share This